Sabtu, 21 Juli 2012

JADWAL IMSSSAKIYAH DI BERBAGAII WILAYAH DI INDONESIA

<center><iframe border="0" height="800" src="http://rukyatulhilal.org/imsakiyah/index.php?id=122" width="465"></iframe></center>

Selasa, 03 Juli 2012

nilai kls D

RESENSI anisa kh (tertahan di draft)

Anisa Khabibatus S
09410178
_______________________________________________________________________
Resensi buku PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, DAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA
Penulis : Prof. Dr. H.A. R. Tilaar, M,Sc. Ed
Penerbit : PT. remaja Rosyda Karya, Bandung
Tahun terbit : 2002
Tebal Buku : 251 halaman
Buku yang ditulis oleh beliau Prof. Dr. H. A. R Tilaar ini sesuai dengan judulnya membahaas tentang pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani. Isinya tentang teori-teori pendidikan dan masyarakat yang mana teori tersebut dicetuskan oleh para ahlinya baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Prof. Tilaaar mengungkapkan dan membahas secara detail hubungan antara pendidikan dan kebudayaan termasuk hakikat dari pendidikan dan kebudayaan itu sendiri. Selain itu beliau mengambil contoh penerapannya pada Taman Siswa yang didirikan oleh ki Hajar Dewantara untuk memperjelas penerapan teori yang beliau tulis.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan merupakan salah satu produk kebudayaan dan kebudayaan juga merupakan hasil dari pendidikan, keduanya saling mempengaruhi. Beberapa ahli mengungkapkan tentang konsep-konsep manusia ideal yang ingin dibentuk lewat pendidikan.
Secara lebih detail buku ini pada awal pendahuluan mengungkapkan pentingnya reformasi pendidikan nasional.
Selanjutnya pada bab 1 dan 2 menjelaskan tentang hakikat kebudayaan dan pendidikan. Dalam pembahsan hakikat pendidikan disana dijelaskan juga tentang berbagai pendekatan yang dapat digolongkan dalam 2 kelompok besar, yaitu pendekatan reduksionisme dan yang ke dua adalah pendekatan holistic integrative. Selanjutnya pada bab 2, hakikat kebudayaan dibahas mengenai apa intisari dari kebudayaan. Dan dipaparkan juga mengenai definisi kebudayaan menurut EB Taylor dan Ki Hajar Dewantara dan Koentjaraningrat.
Pada bab 3 dibahas mengenai pendidikan dalam kebudayaan. Dalam pembahasan hakikat kebudayaan telah jelas bahwa pendidikan memiliki peran yang besar terhadap perkembangan kebudayaan. Dalam definisi ketiga ahli diatas telah jelas bahwa keberadaan kebudayaan tidak bias lepas dari pendidikan. Dalam istilah kebudayaan dikenal istilah transmisi kebudayaan yang mana proses dari transmisi kebudayaan ialah melalui proses pendidikan.
Selanjutnya dalam bab 4 dibahas tentang kebudayaan dalam pendidikan. Kebudayaan merupakan dasar dari praksis pendidikan maka tidak hanya proses pendidikan berjiwakan pada kebudayaan nasional, tetapi juga seluruh unsure kebudayaan harus dikenalkan dalam proses pendidikan. Pada bab ini juga disinggung mengenai pendidikan budi pekerti yang perlu direvitalisasi lagi melihat pendidikan moral yang akhir-akhir ini mulai diterlantarkan. Proses Pendidikan tidak boleh terpisah dari proses kebudayaan.
Setelah pembahasan satu persatu mengenai pendidikan dan kebudayaan, paada bab lima dibahas mengenai pendidikan tentang kebudayaan itu sendiri. Keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan menuntut diadakannya program-program tersendiri dalam pelaksanaannya, bukan saja untuk menunjukkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional, tetapi juga kebudayaan nasional perlu diwujudkan atau dikembangkan melalui pendidikan nasional. Dengan kata lain perlu adanya program pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan. Salah satu jalan yang strategis ialah dengan menerapkan asas-asas kurikulum yang mampu mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia, dan membudayakannya dilingkungan lembaga-lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal.
Pada bab 6 dijelaskan bahwa kebudayaan pendidikan merupakan gagasan, konsep, yang mendasari praksis pendidikan. Dalam praksis pendidikan di Indonesia budaya intelektualisme dan verbalisme yang merupakan budaya pendidikan colonial masih saja tumbuh subur. Hal ini menyebabkankurangnya ruang pengembangan analisis berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri. Selain itu pada aspek manajemen dan administrasi pelaksanaannya masih begitu kaku sehingga tidak ada ruang bagi otonomi professional.
Pada bab 7 dibahas mengenai konsep manusia berpendidikan dan manusia berbudaya. Kedua konsep tersebut memiliki pengertian yang berbeda bagi tiap-tiap ahli. Menurut H.A.R Tilaar manusia berpendidikan diartikan sebagai manusia yang telah berkembang intelektualnya karena pendidikan. Seseorang yang disebut berbudaya adalah seseorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup didalam kebudayaan tersebut. Yang menarik dalam bab ini juga ada pembahasan mengenai konsep manusia Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat selama ini konsep Indonesia masih belum jelas seperti apa, sebab manusia sangat lah kompleks dilihat dari berbagai dimensinya. Dalam buku ini dituliskan pendapat dari penulis bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang berpendidikan dan berbudaya.
Pada bab 8 dan 9 dibahas mengenai masyarakat madani dan pendidikan untuk masyarakat madani Indonesia. Masyarakat madani ialah masyarakat yang demokratis dan menghargai human dignity atau hak-hak dan tanggung jawab manusia. Dalam mewujudkan masyarakat madani ini pendidikan di Indonesia haruslah mampu mewujudkan sikap demokratis, toleran, saling pengertian, berakhlak tinggi beriman dan bertaqwa, serta mwujudkan manusia dan masyarakat yang berwawsan global . oleh karena itulah pendidikan Indonesia harus direformasi baik isi kurikulum dan aspek-aspek lain yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan.
Kelebihan buku ini: buku ini isinya cukup komperehensif dalam membahas isu pendidikan dan kebudayaan. Buku yang menawarkan paradigma yang tidak baru dalam pendidikan namun sarat dengan refleksi yang dapat membuka mata pembaca terkait dengan kondisi pendidikan yang harus dibenahi ini ditulis oleh seorang pakar pendidikan yang sudah berpengalaman dengan menggunakan bahasa lugas yang mudah dipahami oleh pembaca, baik akademisi maupun umum.
Kekurangan : tawaran mengenai reformaasi pendidikan maasih bersifat global, kurang menyertakan gagasan yang detail atau lebih spesifik untuk perbaikan praktik pendidikan Indonesia.