Jumat, 23 Maret 2012

Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia


Nama : ZIZAH NURHANA
NIM : 09410242
 

RESENSI BUKU
1.    Identitas Buku
Penulis                    : Wiyoso Yudoseputro
Judul Buku             : Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia
Penerbit                  : Angkasa-Bandung
Tahun Terbit           : Cetakan ke-10: 1986
Tebal Buku             : vi+173 hlm

2.    Deskripsi Buku
Kebudayaan Indonesia terkenal dengan keanekaragaman corak dan bentuk keseniannya. Gambaran tentang berbagai ungkapan seni dapat dirasakan atau dinikmati dari peninggalan sejarah atau tradisi kebudayaan yang terdapat di Indonesia. Tradisi seni dibentuk dengan cara yang berbeda di setiap daerahnya. Dalam hal ini pengaruh kesenian asing sangat berperan. Dari sekian banyak kesenian asing, yang paling berperan ialah kesenian Islam.
Islam sebagai agana dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia memeberikan warna tersendiri pada seni terutama jenis seni rupa sehingga dapat membedakan seni yang dihasilkan oleh negara-negara Islam lainnya. Dalam buku ini bukan merupakan uraian dan tinjauan secara historis tentang seni rupa Islam di Indonesia, namun buku ini berusaha menjelaskan seni rupa yang dimaksudkan untuk menengahi nilai-nilai seni rupa secara tertulis dan visual, sehingga buku ini diharapkan dapat memberika gambaran beberapa pikiran dasar yang mendukung terciptanya karya seni rupa Islam di Indonesia sesuai dengan latar belakang kebudayaan yang menampilkan konsep-konsep seni rupa.
Pada bab I, pendahuluan menjelaskan latar belakang kebudayaan dengan gambaran-gambaran mengenai pusat kegiatan seni, peranan kebudayaan lama dan kebudayaan asing. Selain itu pada bab ini juga menjelaskan tentang tinjauan umum seni rupa Indonesia-Islam. Pada tinjauan umum seni rupa ini menjelasan bahwa pada kesenian Timur berfungsi sebagai media kebaktian agama atau pengabdian kepada para penguasa. Isi dan bentuk seni tidak mencerminkan kebebasan pribadi seniman. Dalam hal ini diperlukan kaidah-kaidah seni yang bersumber pada ajaran agama dan tuntutan kultus raja atau bangsawan. Bab 2 memberikan gambar tentang arsitektur. Arsitektur merupakan karyaseni rupa yang melambangkan kebesaran kerajaan, misal pada bangunan candi. Pada bangunan candi tidak hanya menunjukkan hasrat untuk melambangkan ajaran dan falsafah agama, namun bangunan ini sekaligus menjadi karya monumental sebuah kerajaan. Rangsangan sangat diperlukan ketika kita akan menciptakan karya seni. Bangsa Indonesia yang sejak semula memiliki bakat yang lebih menonjol dalam seni hias daripada seni bangunan. Kelebihan bakat ini tampak kembali pada karya dekoratif Islam. Justru pada seni hias inilah seni Indonesia Hindu sangat berperan merintis perkembangan baru pada zaman Hindu. Dalam pembahasan arsitektur ini digambarkan pula beberapa bangunan makam Islam tertua dan makam gaya hindu, bangunan masjid (bentuk luar dan bagian-bagian masjid, ruang dalam dan hiasan masjid). Selain itu, bangunan istana juga dijelaskan antaranya bentuk luar dan bagian-bagian kraton, ruang dalam dan hiasan istana.
Bab 3, menjelaskan tentang seni kerajinan. Kerajinan di Indonesia sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Kenyataan ini ialah bahwa pada perkembangan seni kerajinan Indonesia sepanjang zaman selalu bertolak dari tradisi lama. Kesenambungan kesenian Indonesia sejak zaman prasejarah sampai sekarang di beberapa daerah masih bisa ditelusuri. Tidak sedikit kerajian gerabah atau kerajinan perunggu yang masih berpegang pada tradisi kerajinan prasejarah masih terdapat di beberapa daerah. Kegiatan seni kerajinan di Indonesia maki berkembang karena kemajuan tekhnik dan kemampuan artistik sebagai akibat perkembangan kebudayaan. Percampuran kebudayaan mengakibatkan makin kayanya seni kerajinan Indonesia. Dari peninggalan sejarah dapat dibuktikan bahwa seni kerajinan batu dan kerajinan logam yang sudah dimulai pada zaman pra-sejarah, pada zaman Hindu mencapai kemajuan. Pada bab ini, dijelaskan tentang kerajinan kayu (misal: perabot keraton, hiasan ukiran kayu, topeng), wayang (dilihat dari awal pembentukan rupa wayang dan peranan kebudayaan Islam), batik, dan kerajinan logam.
Bab 4 tentang seni kaligrafi. Seni kaligrafi arab yang disebut juga seni khath merupakan salah satu karya seni rupa yang tidak kalah pentingnya dari jenis seni rupa lainnya. sebagai jenis seni tulis dengan tuntutan keindahan, seni khath telah menempuh sejarahnya yang panjang dan mencapai puncak-puncak perkembangannya sesuai dengan perkembangan dengan aksara Arab dan peranan kebudayaan di tiap negara Islam. Watak khas dari seni khath ialah kehadirannya merupakan gubahan kata-kata dari aksara dalam desain tertentu. Demikian dalam kaligrafi Arab, kata-kata disusun menjadi kalimat yang bersumber pada ayat-ayat dari Al-Qur’an atau Hadis. Penerapan kaligrafi di Arab ada fungsi perlambangan dan fungsi dekoratif. Kaligrafi Jawa yang tampak pada candra sangkala merupakan salah satu contoh dari funsi perlambangan dari sebuah kaligrafi. Pernyataan perlambangan dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti kata-kata dan gambar hiasan yang mengandung petuah, ajaran, dan petunjuk. Fungsi dekoratif menggambarkan adanya macam-acam corak dan gaya aksara Arab. Hakikat keindahan dari aksara Arab itu dirasakan oleh para seniman kaligrafi Arab sebagai kemungkinan untuk menggarap kaligrafi sebagai media hiasan.
Bab 5 yakni penutup. Pada bab ini menyimpulkan secara ringkas mengenai perkembangan seni rupa Islam-Purba seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, baik dari seni bangunan dan seni kerajinan. Selain itu juga menjelaskan tentang pembentukan nilai-nilai baru dimana sejarah perkembangan kesenian Indonesia selalu mencatat tradisi unsur pembentukan nilai-nilai baru.
3.    Kelebihan
Penjelasan mengenai kebudayaan dan seni rupa Islam di Indonesia dari bab satu sampai bab lima sudah cukup jelas. Bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami bagi pemula atau pembaca awam dalam seni rupa. Penulisannya singkat, padat, dan jelas. Buku ini dalam penjelasannya tentang bentuk seni rupa cukup menarik, karena ada beberapa contoh gambar yang berhubungan dengan karya seni rupa jenis tertentu.
4.    kelemahan
Buku ini merupakan buku cetakan yang kesepuluh yaitu pada tahun 1986 sehingga kurang menarik dari segi fisiknya. Karena buku terbitan lama maka kurang bisa menjawab masalah pada zaman sekarang yag sudah modern.

1 komentar:

  1. KHUNAFAUNNISA (06410102)
    Seni rupa dan Islam adalah dua kategori yang berbeda. Seni rupa, sejauh cakupan makna yang membatasinya, tentu tak akan melampaui wilayah yang lebih besar daripada budaya, karena seni adalah bagian dari kebudayaan manusia. Seni rupa adalah kreasi manusia, yang artinya berasal dari kebebasan manusia untuk berkarya. Islam, berbeda dengan seni, bukanlah kebudayaan yang merupakan hasil kreasi manusia. Islam adalah seperangkat aturan dari Allah yang diturunkan kepada manusia agar ia mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Karena Islam bukan kebudayaan, maka yang disebut “kesenian Islam” tentunya tidak mengacu kepada jenis budaya tertentu yang bersifat lokal atau etnik, seperti kesenian Bali (contohnya, lukisan Bali) atau kesenian Timur Tengah (semisal orkes gambus). Yang dinamakan kesenian Islam tentunya kesenian yang setidaknya tidak mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan akidah maupun akhlak Islam. Kesenian ini bisa berupa apa saja sesuai konteks geokultural tempat kesenian itu berasal, juga sesuai komunitas pendukungnya (tradisional, modern, atau kontemporer). Dia bisa berupa kesenian lokal seperti lukisan kaca khas Cirebon atau pun instalasi karya alumni perguruan tinggi seni.
    Karena Islam bukanlah entitas budaya tertentu, akan lebih tepat bila menjelaskan kesenian yang dimaksud secara ajektifal yaitu sebagai “kesenian yang islami”. Kesenian yang dimaksud mengandung –atau setidaknya tak menyalahi– nilai-nilai Islam, meski tak berasal dari etnik atau komunitas yang berafiliasi dengan agama Islam. Tari perut, meski berasal dari daerah berpenduduk muslim di Timur Tengah, bukanlah kesenian yang islami karena bertentangan dengan nilai-nilai akhlak Islam.

    BalasHapus