ALIFAH
ASIH ROHMAH
09410240
09410240
Resensi Buku
1. Identitas
Buku
Judul
Buku : Paradigma Kebudayaan Islam(Studi Kritis dan Refleksi Historis)
Pengarang :
Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit :
Titian Ilahi Press
Kota
Terbit : Yogyakarta
Tebal
Buku : 289 halaman
Tahun
Terbit : Cetakan ke-1 tahun 1996
Cetakan ke-2
tahun 1998
2. Deskripsi
Buku
Buku yang berjudul Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan
Refleksi Historis ini dibagi menjadi lima bagian. Antara bagian yang satu
dengan yang lainnya tidak bisa menjadi sesuatu yang bulat dan utuh secara
sempurna. Meskipun demikian setiap bagian serta bab dalam buku ini
masing-masing mengandung satu benang merah, secara keseluruhan membicarakan persoalan
moralitas, modernitas, agama dan kebudayaan.
Bagian pertama berisi suatu kajian
tentang agama dan kebudayaan dan hubungan antara keduanya. Dalam bagian ini
disebutkan bahwa hubungan antara agama dan kebudayaan yaitu bahwa agama
merupakan bagian dari kebudayaan, agama bukan-wahyu merupakan bagian
kebudayaan, agama wahyu bukan merupakan bagian kebudayaan, agama dan kebudayaan
Islam merupakan bagian dari Din. Bagian ini diakhiri dengan sebuah studi kritis
terhadap tesis-tesis kebudayaan yang diajukan Sidi Gazalba. Dalam buku ini,
penulis menuliskan bahwa penulis tidak sependapat dengan pemikiran yang
dikemukaan Gazalba bahwa ijtihad adalah hukum sekularisasi Islam. Menurut
pendapat penulis, ide tentang “ijtihad
sebagai hukum sekularisasi Islam” merefleksikan terjadinya “confusion of mind”
dari pencetusnya. Menurut pendapat penulis, Gazalba telah salah paham dalam
menerapkan istilah sekularisasi dalam formulasi idenya tersebut. Karena
sekularisasi menolak setiap bentuk ikatan kepercayaan kepada Tuhan dan ikatan
keagamaan, sedang Islam mengajarkan untuk berpegang teguh kepada ajaran-ajaran
agama, mempercayai dan mengagungkan Tuhan. Dalam melakukan ijtihad harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh serta diperlukan syarat-syarat menguasai
bahasa arab, mengetahui asabun nuzul dan sebab-sebab dikeluarkannya hadis dan
sebagainya.
Bagian kedua mencoba menyoroti
tentang Islam, Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia. Bagian ini menyajikan
dan memaparkan suatu analisis terhadap timbulnya krisis-krisis di bidang
pendidikan dan kebudayaan yang dihadapi umat Islam. Dalam buku ini disebutkan
penyair dan dramawan WS Rendra mengemukakan bahwa salah satu krisis yang cukup
memprihatinkan yang terjadi di kalangan umat Islam Indonesia adalah bahwa
mereka kurang bersahabat dengan ilmu pengetahuan. Akibat logis dari keadaan
semacam ini tidak dapat diingkari lagi akan berdampak pada kenyataan bahwa
porosentase intelektual Muslim di Indonesia tak sebanding dengan jumlah umat
Islam. Situasi demikian ini memerlukan pemecahan. Salah satu cara yang penting
dilakukan adalah melakukan kajian ulang terhadap strategi kebudayaan dan
pembaharuan pendidikan Islam, belajar dari kebangkitan kebudayaan Islam, Barat
dan Jepang serta mengkaji ulang sistem pendidikan (tatanan dan proses belajar
mengajar) secara menyeluruh dan komprehensif sejak dari pendidikan dasar sampai
tingkat perguruan tinggi.
Bagian ketiga dalam buku ini
membahas tentang keberimanan dan kebersenian. Dalam buku ini dituliskan tentang
agama dan kesenian membahas bagaimana subordinasi kesenian kepada agama, apakah
kesenian Islam akan macet, dan dari subordinasi tersebut menuju dialog. Selain
itu dipaparkan posisi kesenian Islam Kontemporer meliputi tantangan kesenian
sekuler barat, kesenian islam sebuah diagnosis, arah inovasi kesenian Islam,
memi’rajkan kreativitas. Dalam bagian ini dijelaskan pula tentang seniman,
imajinasi, dan Tuhan, pembahannya meliputi pemberontakan, sikap bombatis bukan
sikap kreatif, kebebasan dan “:kebebasan”, kebebasan imajinasi, Islam,
imajinasi, personifikasi Tuhan, penafsiran tentang Tuhan, serta cara mendekati
Tuhan. Pembahasan dalam bagian ini dilengkapi dengan sebuah “diskusi” tentang
bagaimana seharusnya seniman Muslim memandang, menghayati, mendekati dan
“menafsirkan” Tuhan. Dapatkah Tuhan, malaikat atau Nabi diimajinasikan menurut
daya khayal penggambaran seorang seniman?dapatkah seorang seniman muslim memiliki tafsiran
sendiri tentang Tuhan dengan gaya dan keinginan seniman itu sendiri alias semau gue?. Pada bagian inilah penulis
merefleksikan kembali “pengalaman” bergaul dengan seorang seniman.
Bagian keempat dalam buku ini
membahas tentang Islam, moralitas, dan modernitas. Bagaimana posisi Islam
berhadapan dengan pergeseran nilai-nilai moral yang terjadi di dunia Barat,
yang pengaruhnya dirasakan juga disekitar kita. Penulis berpendapat bahwa
doktrin Islam tentang moral tidak memerlukan redefinisi dalam menghadapi arus
“moralitas baru”. Pembahasan dalam bagian ini meliputi Islam dan gemerlap dunia
mode meliputi mode pakaian pria, mode pakaian wanita, penyakit mental epidemik,
menembus pinggiran desa, fashion show, konteks kecantikan, wawasan Islam, dan
maslah duniawi. Selain itu dalam bagian ini dibahas mengenai the flower
children meliputi problem spiritual, kemakmuran fisik, kekerasan dan keterpecahan,
sosial, menyobek ijazah, mengoyak kekosongan jiwa, Islam:agama alternatif.
Dalam bagian ini dipaparkan tentang Islam dan permissive society, mengenai
ultra liberal, akibat permissivennes di Amerika Serikat, agama sebagai dasar
moral dan pendirian Islam. Pembahasan dalam bagian ini juga membahas bagaimana
moralitas Islam vs Moralitas baru terkait dengan sistem moral, aliran-aliran
etika, moralitas baru, moralitas Islam, ciri-ciri moralitas Islam serta
sumbangan Etika Islam kepada umat manusia. Pembahasan terakhir dalam bagian ini
yaitu tentang Islam, modernisasi dan manusia modern meliputi kekacauan
semantik, modernisasi, westernisasi, pemanfaatan unsur-unsur kebudayaan barat,
manusia modern, pendirian Islam, Islam dan Modernisasi terkait kasus Turki dan
Iran, dan pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut yaitu bahwa
orientasi dan praktik-praktik modernisasi yang salah, yang dilakukan oleh rezim
Kemal Ataturk di Turki dan Syah Iran, sama-sama menimbulkan krisis identitas
dan kebangkrutan nilai-nilai budaya. Krisis dan kebangkrutan demikian terjadi
karena keduanya mengabaikan nilai-nilai spiritualitas dan aspirasi agama.
Bagian kelima dalam buku ini
membahas tentang Islam, moralitas dan modernitas. Pembahasan dalam bagian ini
diawali dengan sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan Islam (abad 8 hungga 13
M). setelah menikmati masa-masa kejayaan dan keemasan selama kurang lebih 5
abad, umat Islam-Arab dan kebudayaannya runtuh. Kepeloporan di bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan beralih ke tangan Barat. Dalam bagian ini dibahas
mengenai kebudayaan Islam di Andalusia dalam lintasan sejarah meliputi
Andalusia sebelum Daulah Umayah, dari Vandalusia ke Andalusia, Abdurrahman I-
Abdurrahman III, Al-Hakam II serta estetika, ilmu pengetahuan dan kesusastraan.
Selain itu juga dibahas mengenai sumbangan Islam kepada kebangkitan kebudayaan
barat. Pembahasan tersebut meliputi iman, akal dan Muhammad Rasulullah, Cordoba
vs London tujuh abad kemudian, kebangkitan Barat, potret muslim umat terbaik,
serta menumbuhkan kembali kesadaran kultural. Penulis melakukan analisis dan
refleksi historis bahwa Islam dan umatnya cukup memiliki peluang untuk
melakukan gerakan revivalisme dan reformisme, mencipta-segarkan karya-karya
kebudayaan sebagai basis spiritual dan kultural untuk menopang proses
akselerasi terjadinya kebangkitan Islam pada umatnya. Pembahasan tersebut
terkait dengan pembahasan Islam dan situasi budaya global dewasa ini meliputi
industrialisme (abad kecemasan), siklus jahili (tantangan dan harapan), serta
Islam (alternatif peradaban) dan juga mencakup pembahsan masa depan kebudayaan
islam yang mana hal tersebut meliputi dinamika gerakan kebudayaan Islam,
festival dunia Islam di london, dan kebangkitan kembali kebudayaan Islam.
3.
Kekurangan dan kelebihan
Dalam
buku Paradigma Kebudayaan Islam: Studi
Kritis dan Refleksi Historis ini terdapat beberapa istilah kata yang
mungkin masih terasa asing bagi pembaca sehingga pembaca sulit dalam
memahaminya. Cover buku ini juga terlihat kurang menarik. Meskipun cover buku
ini terlihat kurang menarik, tetapi isi dalam buku ini sangat menarik. Karena
pembahasan dalam buku ini yang sistematis, dan terdapat catatan kaki sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami dan bisa mengetahui referensi yang terkait
dengan buku ini. Bentuk buku ini sangat praktis untuk dibawa kemana-mana
sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami buku ini dimana saja dan
kapan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar