Sabtu, 24 Maret 2012

Paradigma Kebudayaan Islam


Nama   : Ulfa Zuhrotunnisa
NIM    : 09410033
Tugas   : Resensi buku


Judul Buku      : Paradigma Kebudayaan Islam
Pengarang       : Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit           : Titian Ilahi Press
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tahun Terbit    : 1997
Halaman          : 202 halalaman


Kebudayaan Islam yang Tak Pernah Mati
Isi daripada buku Paradigma Kebudayaan Islam ini berisi lima bagian pokok yang membahas setiap sub pokok bahasan, yakni:
a.       Bagian pertama, Agama dan Kebudayaan. Sub pokok bahasan yang dibahas meliputi,
1)      Pola-pola pemikiran tentang hubungan agama dan kebudayaan
2)      Kritik dan pemikiran kebudayaan Gazalba
b.      Bagian kedua, Islam, Pendidikan dan Kebudayaan. Sub pokok bahasan yang dibahas meliputi:
1)      Potret kebudayaan Islam di Indonesia
2)      Strategi kebudayaan dan pembaharuan pendidikan
3)      Pesantren, transformasi sosial dan tantangan era global
4)      Pesantren dan kebangkitan intelektualisme Islam
5)      Belajar dari kebangkitan kebudayaan Islam,Barat dan Jepang
c.       Bagian ketiga, Keberimanan dan Kebersenian. Sub pokok bahasan yang dibahas meliputi:
1)      Agama dan kesenian
2)      Posisi kesenian Islam kontemporer
3)      Kesenian, imajinasi dan Tuhan
d.      Bagian keempat, Islam, Moralitas dan Modernitas. Sub pokok bahasan yang dibahas meliputi:
1)      Islam dan gemerlap dunia mode
2)      The Flower Children
3)      Islam dan permissive society
4)      Moralitas Islam vs “moralitas baru”
5)      Islam, modenisasi dan manusia modern
e.       Bagian kelima, Islam, Moralitas dan Modernitas. Sub pokok bahasan yang dibahas meliputi:
1)      Kebudayaan Islam di Andalusia dalam lintas sejarah
2)      Sumbangan Islam kepada kebangkitan kebudayaan Barat
3)      Islam dan situasi budaya global dewasa ini
4)      Masa depan kebudayaan Islam.

            Menurut ahli-ahli kebudayaan, dengan menggunakan istilah agama atau religi menyatakan bahwa agama atau religi merupakan bagian dari kebudayaan. Dalam buku ini disebutkan bahwa agama bukan wahyu (alamiyah) merupakan bagian dari kebudayaan, seperti, agama Zoroaster, Kong Hu Chu, Sinto, Tao, Budha, dan Hindu yang memuat kepercayaan animisme dan dinamisme. Sedangkan agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan karena antara agama samawi dengan kebudayaan merupakan dua hal yang berdiri sendiri, tidak saling mencakup, pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya. Islam (agama samawi) merupakan wahyu sehingga bukan satu system teologi, karena logi (=ilmu, science, studies). Dan Islam bukanlah ilmu , karena ilmu merupakan salah satu cabang dari kebudayaan, dus : ciptaan manusia.
            Khuirsid Ahmad mengemukakan strategi pembaharuan pendidikan Islam diantaranya umat Islam mempunyai visi tentang tujuan pendidikan, visi harus menuntut umat Islam agar dapat berkembang, melakukan reformasi secara simultan terhadap pendidikan, melakukan reformasi pendidikan dan program pelatihan guru, membentuk organisasi untuk mempersiapkan kurikulum dan mata pelajaran di tingkat pendidikan. Indonesia dalam memacu diri membangkitkan kebudayaan belajar dari kebangkitan kebudayaan Islam, Barat, dan Jepang sehingga di Indonesia perlu digalakkan penerbitan terhadap karya-karya Indonesia sendiri, dan perlu ditingkatkan pula penerjemahan buku bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia untuk mengkaji ilmu dari negara lain.
            Sejarawan Kuntjawijoyo menyoroti masalah-masalah seputar seni budaya Islam di Indonesia, antara lain terfokus pada masalah subordinasi kesenian kepada agama dan akibat-akibatnya, kemiskinan dan gejala-gejala macetnya kesenian Islam, dan beberapa rekomendasi untuk mengembangkan kesenian Islam.
            Posisi kesenian Islam kontemporer mendapat tantangan dari kesenian sekuler Barat, penetrasi Barat dengan teknologinya yang menyerukan selogan l’art pour l’art (sera untuk seni) banyak melanda daerah-daerah Islam yang dengan mudah diterima. Dalam mengatasi hal tersebut maka diperlukannya umat Islam khususnya kaum seni dan budayawan menciptakan kreasi, inovasi, dan pengayaan baru di bidang seni budaya Islam modern yang memenuhi standar estetika.
            Suatu sikap dan kerja kreatif termasuk dalam seni memerlukan kebebasan yang terbatas bukan kebebasan yang tak terbatas. Kebebasan berimajinasi dalam proses penciptaan karya, seniman hendaknya juga menghargai keyakinan, kepercayaan dan aqidah orang lain, karena ia hidup di masyarakat dengan latar belakang yang berbeda. Kebebasan bagi seniman adalah kebebasan dalam arti teknis-kreatif penciptaan karyanya.
            Islam berperan dalam pembentukan moralitas bangsa dan sebagai penuntun perkembangan modernitas, salah satunya perkembangan mode. Kreativitas seni dalam dunia mode harus berprinsip pada agama sebagai dasar moral yakni pakaian yang digunakan menutup aurat, maka pakaian bentuk apapun tidak menjadi persoalan.
            Dalam perkembangannya, moralitas Islam yang beranggapan bahwa yang baik adalah yang selalu berkaitan dengan yang halal (dalam struktur Al Qur’an yang halal berada di muka yang baik). Hal ini berlawanan dengan prinsip dari moraliras baru yang tidak didasarkan pada kepercayaan  tentang Tuhan, yang berkembang luas di masyarakat Barat yang mulai melanda masyarakat Timur.
            Suatu bangsa dapat melakukan modernisasi walaupun mempergunakan unsur-unsur kebudayaan Barat, tanpa mencontoh budaya Barat atau mengambil alih cara hidup Barat tanpa mengarah pada westernisasi.
            Dalam buku ini juga mengulas tentang sejarah kebudayaan Islam di Andalusia, bagaimana Andalusia sebelum Daulah Umayyah dari Vandalusia ke Andalusia, bagaimaka kebudayaan pada masa Abdurrahman I sampai masa Abdurrahman III dan pada masa Al Hakam.
            Pada dasar sejarahnya, Islam juga berkontribusi dalam kebangkitan dunia Barat. Banyak sumbangan Islam yang telah menjadi dasar kemajuan Barat, seperti ilmu kedokteran, ilmu astronomi, dan ilmu pasti.
            Kebudayaan modern dewasa ini, suatu peradaban yang oleh Barat semakin didesak ke belakang tanpa tumpuan keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan. Keadaan ini pada gilirannya mendatangkan akibat pada masyarakat Barat yang memebawa mereka semakin jauh dari Tuhan. Kebudayaan Barat yang semakin meluas di negara Timur hendaknya tidak terjadi jika kebudayaan Timur dapat menggunakan modernisasi kebudayaan Barat tanpa melakukan westernisasi.
            Kelebihan isi buku: buku ini menarik bagi yang ingin mengetahui tentang bagaimana kebudayuaan Islam melakukan peradaban dengan terjadinya modernisasi global. Buku ini berisi tentang perkembangan kebudayaan Islam yang terjadi di negara Indonesia khususnya. Pembahasan pada buku ini dimulai dari pembahasan yang sifatnya umum tentang kebudayaan itu sendiri, kemudian pembahasan tentang kebudayaan yang terjadi di negara Timur (Indonesia) dan negara Barat (Eropa) yang dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan kebudayaan. Terdapat studi kusus (studi kritis dan refleksi historis) dari beberapa realita yang terjadi yang berhubungan dengan kebudayaan (seni).
            Kekurangan isi buku: buku yang berjudul paradigma kebudayaan Islam ini hendaknya juga memberikan jalan keluar tentang bagaimana kebudayaan Islam menghadapi kebudayaan Barat yang semakin meluas.

3 komentar:

  1. KHUNAFAUNNISA (06410102)
    Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam ( QS Toha : 2 ) : “ Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kam menjadi susah “. Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Qur’an ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia dan akherat. Sebaliknya siapa saja yang membangkang dan mengingkari ajaran Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang sempit dan penuh penderitaan.
    Ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah satu dari sisi pentig dari kehidupan manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya.Tulisan di bawah ini berusaha menjelaskan relasi antara Islam dan budaya. Walau singkat mudah-mudahan memberkan sumbangan dalam khazanah pemikian Islam.
    Arti dan Hakekat Kebudayaan
    Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hal. 149, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan ( adat, akhlak, kesenian , ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan. Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa jangkauan kebudayaan sangatlah luas. Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.
    Hubungan Islam dan Budaya
    Di sinilah, , bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan, masih menurut ahli antropogi,bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.
    Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan. Kelompok pertama menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili oleh Hegel. Kelompok kedua, yang di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.
    Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina ( air mani ). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya “Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang bernama Malaikat, yang hanya mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan Syetan atau Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan manusia, sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk tersebut.

    BalasHapus
  2. (Vita Nur Hidayati 09410017)
    untuk mbak Khunafaunnisa, setelah saya membaca penjelasan yang sudah mbak jelaskan di atas,menurut mbk, bagaimana hubungan antara agama dengan budaya? apakah keduanya itu saling mempengaruhi/ bagaimana? apakah bisa dikatakan bahwa agama itu suatu cara untuk memfilter kebudayaan?

    BalasHapus
  3. (Vita Nur Hidayati 09410017)
    untuk mbak Khunafaunnisa, setelah saya membaca penjelasan yang sudah mbak jelaskan di atas,menurut mbk, bagaimana hubungan antara agama dengan budaya? apakah keduanya itu saling mempengaruhi/ bagaimana? apakah bisa dikatakan bahwa agama itu suatu cara untuk memfilter kebudayaan?

    BalasHapus