Lathifah Mutiq
09410248/ PAI-D
Pengembangan Seni dan Budaya dalam PAI
Ibu Nur Saidah, M. Ag
Judul Buku : Paradigma
Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis
Penulis :
Dr. Faisal Ismail, MA
Penerbit : Titian
Ilahi Press, Yogyakarta
Tebal Buku : 289 hal, 21 cm
Cetakan : Ke-2 tahun 1998
Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis
dan Refleksi Historis
Oleh : Dr. Faisal Ismail, MA
Dalam buku ini beliau mencoba untuk
memaparkan tentang paradigma kebudayaan Islam studi kritis dan refleksi historis.
Dalam buku ini terbagi menjadi lima bagian yaitu: bagian pertama berisi tentang
agama dan kebudayaan dan hubungan antara keduanya, bagian kedua mencoba untuk
menyoroti secara umum sosok dan situasi pendidikan dan kebudayaan di Indonesia,
bagian ketiga membahas tentang keberimanan dan kebersenimanan, bagian keempat
membahas tentang Islam dalam kaitannya dengan moralitas dan modernitas, dan
bagian kelima membahas tentang sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan Islam.
Dilihat
dari segi ilmiyah dan dari segi akidah dieniyah tentang agama Islam dalam
kaitannya dengan kebudayaan dan peradaban, berarti bahwa kita memelihara
kesejatian dan orisinalitas agama Islam sebagai wahyu, menepatkan secara
proposional kedudukan agama dan kebudayaan pada posisinya sendiri-sendiri,
menundukkan nisbah, relasi dan relevansi antara agama dan kebudayaan menurut
garis akidah Islam. Dalam penyusunan konsep kebudayaan dan cultural universals
(unsur-unsur pokok yang pasti ada dalam setiap kebudayaan) selalu memasukan
agama sebagai salah satu unsur kebudayaan. Kebudayaan adalah khas manusia, masyarakat
tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan karena keduanya merupakan suatu
jalinan yang saling berkaitan. Kebudayaan tidak akan ada tanpa masyarakat,
betapa terasingnya hidup mereka jika tanpa adanya budaya. Yang membedakan
hanyalah tingkat dan taraf kebudayaan yang dimiliki tiap masyarakat. Kebudayaan
dan peradaban ini dibedakan, namun hanya soal istilah saja. Peradaban biasanya
dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang halus dan indah
seperti: kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan
yang kompleks dalam suatu masyarakat.
Agama merupakan
bagian dari kebudayaan, M. Hatta mengatakan bahwa kebudayaan adalah ciptaan
hidup daripada suatu bangsa. Kebudayaan banyak sekali macamnya. Agama juga
suatu kebudayaan, karena dengan beragama manusia dapat hidup dengan senang. Gazalba
berpendapat bahwa agama Islam dan kebudayaan Islam itu setingkat dan
masing-masing merupakan bagian dari Islam. Agama Islam mengenai kehidupan
akhirat nanti, dan kebudayaan Islam mengenai kehidupan dunia sekarang.
Jika
ummat Islam mampu melancarkan gerakan dan menghidupkan kembali dinamika
kebudayaan dan peradabannya, maka makna kebangkitan kembali Islam yang
dicangkan mulai abad 15 H merupakan awal pertanda yang baik. Makna kebangkitan
Islam dalam suatu segi harus diartikan dan ditopang dengan kebangkitan kultural
ummat Islam. Pendekatan terhadap kebudayaan tidak semata-mata bersifat
teoritis, tetapi juga bersifat praktis. Manusia dapat mengatur dan merencanakan
arah kebudayaan di masa depan. Hal ini melahirkan pemikiran perlunya strategi
kebudayaan, yang memungkinkan terciptanya amal-amal kultural dan karya-karya
budaya. Strategi budaya harus mampu menggerakkan daya kreatif dan daya potensial
ummat dalam memberi warna dan arti bagi kebangkitan kembali Islam dan ummatnya.
Strategi kebudayaan dalam suatu segi harus bermakna dan berintikan pembaharuan
pendidikan Islam, karena pendidikan merupakan sub-sistem dalam keseluruhan
sistem budaya.
Subordinasi
kesenian kepada agama ada segi positifnya yaitu adanya dasar yang kuat untuk
memperkembangkan kesenian karena betapapun kesenian harus selalu mengandung
nilai-nilai. Kuntowijoyo menilai tentang situasi kesenian Islam dan prospeknya
bahwa kemacetan kesenian Islam di Indonesia tidak diragukan lagi. Ada gejala
bahwa kesenia Islam di Indonesia akan macet bahkan akan lenyap sama sekali. Salah
satu penyebabnya adalah karena ummat Islam belum banyak mempunyai kesempatan
yang begitu leluasa untuk mengembangkan potensi kesenian. Jika prediksi
Kuntowijoyo benar bahwa dalam waktu dekat kesenian Islam di Indonesia akan
mengalami kemacetan, maka kita akan menyaksikan suatu potret muram dunia seni
budaya Islam di Indonesia. Ummat Islam yang bangga dengan mayoritas jumlah
pengikutnya adalah terlalu miskin dalam bidang seni budayanya, suatu
ketimpangan dan kepincangan yang sangat serius karena ummat Islam tidak hadir
secara kreatif dalam kehidupan kultural masa kini.
Sebagian
angkatan muda Islam, lebih menyukai kebudayaan Barat dari pada kebudayaan
Islam. Keadaan ini perlu diagnosis baru kemudian dilakukan therapi. Ada dua
diagnosis yaitu kesenia ummat Islam berjalan dan hidup tradisional, kurang
menarik minat dan selera di kalangan angkatan muda dan seni budaya ummat Islam
kurang kreatif-inovatif dan variatif dan juga ketinggalan dalam bobot dan
kualitas. Maka sebagai therapi gejala ini sudah waktunya ummat Islam terutama
kaum seniman dan budayawan menciptakan kreasi, inovasi dan pengayaan baru di bidang
seni budaya Islam modern yang memenuhi standar kualitas estetika. Jika ini
dilakukan akan tercipta gairah dan etos kerja yang besar yang dapat mendorong
kesenian dan kebudayaan Islam berkembang maju, baik dalam kualitas maupun
kuantitas.
Kekreatifan
manusia salah satunya dibuktikan dalam dunia mode. Dunia mode adalah dunia yang
penuh pesona, dunia yang gemerlap. Apabila kita mengikuti perkembangan dunia
mode maka akan tampak jelas bahwa mode itu tidak statis tetapi terus menerus
mengalami perubahan. Terbukti bahwa manusia selalu menciptakan hal-hal baru.
Dengan akallah manusia dapat mengembangkan daya kreatifitasnya sehingga dapat
menciptakan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Untuk memperkenalkan
koleksi mode khususnya pakaian tidak cukup hanya lewat iklan tapi juga promosi
dengan mengadakan fashion show atau dikenal dengan peragaan busana. Selain
pakaian yang menjadi mode juga beauty contest atau dikenal dengan kontes
kecantikan.
Apakah
Islam menolak mode? Tentu jawabannya tidak, sepanjang pengetahuan memang tidak
ada dan tidak ditemukan dalam ajaran Islam tentang cara mendesain pakaian.
Al-Qur’an dan Hadist pun tidak pernah menyinggung pesoalan mode pakaian. Jadi
Islam tidak memberikan ketetapan atau kepastian bahwa mode itu harus begini atau
harus begitu. Karena soal cipta mencipta mode termasuk masalah yang berdimensi
duniawi ataupun termasuk masalah kebudayaan.
Agama
berfungsi untuk mengatur, membimbing hidup dan kehidupan manusia. Agama
merupakan sumber utama dan pertama nilai-nilai moral. Moral Islam bersumber
pada wahyu Allah yang mutlak dan absolut kebenarannya, maka ia memiliki
kemutlakan dan kelengkapan susunan moral yang sempurna dan memiliki pula
ciri-ciri khas tersendiri. Islam telah memiliki satu sistem moral yang lengkap
dan sempurna, suatu sistem moral ideal, jamal dan kamal, yang sangat dibutuhkan
ummat manusia dari sejak zaman dahulu sampai era postmodern dewasa ini, bahkan
sampai hari esok dan masa yang mendatang. Islam memberikan sumbangan etika
kepada ummat manusia dan dapat membawa mereka kepada kehidupan damai, aman dan
sejahtera sepanjang masa dalam seluruh segi kehidupan spiritual dan material,
tidak hanya di dunia tetapi dalam kehidupan yang abadi.
Banyak
pengetahuan yang dapat kita ambil dari buku ini, khususnya tentang paradigma
kebudayaan Islam, bahasa yang digunakan cukup bisa untuk dimengerti. Namun perlu
adanya penelaahan yang mendalam dalam mengakaji buku ini karena bagian yang
satu dengan bagian yang lain kurang bisa menyatu secara sempurna, karena buku
ini terdiri dari kumpulan karangan dan makalah dan juga agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami buku ini. Akan
tetapi sama-sama membicarakan persoalan moralitas, modernitas, agama dan
kebudayaan.
Buku
ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan dapat memberikan
sumbangsih bagi para pembaca, baik mahasiswa, praktisi pendidikan, dosen,
maupun pihak lain yang menaruh minat terhadap kebudayaan Islam.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNovita Rahmawati (09410183)
BalasHapusModernitas membawa dampak dalam berbagai bidang termasuk dalam dunia mode, dimana banyak orang yang tidak mau ketinggalan mode agar dibilang modern, gaul, tidak kuper, dsb. Islam sendiri sebenarnya tidak membatasi pengembangan mode, asal sesuai dengan ajaran yang ada dalam islam. Semisal tentang pakaian wanita, tidak masalah mau mendesain pakaian yang seperti apa modelnya asalkan bisa menutup aurat dan tidak menonjolkan aurat wanita. Disini hanya perlu kreativitas kita.