Minggu, 25 Maret 2012

PENDIDIKAN APRESIASI SENI Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya

NAMA : Ahmad Sadam Husaein
NIM     : 09410260
PENDIDIKAN APRESIASI SENI
Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya
"Yayah Khisbiyah dan Atiqa Sabardila"

A.     Identitas Buku
Judul Buku      : Pendidikan Apresiasi Seni (Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya)
Penulis             :Yayah Khisbiyah dan Atiqa Sabardila
Penyelaras      : Fajar Riza Ul Haq dan Almuntaqo Zainuddin
Penerbit           : Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial UMS kerjasama dengan The Ford Foundation
Tahun Terbit    : 2004
Tebal 
               : xxvii + 359 hlm

B.     Isi Buku
Dalam sajian buku Pendidikan Apresiasi Seni (Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya) dijelaskan secara gamblang apresiasi pluralisme dan multikulturalisme melalui pendidikan seni sebagai salah satu upaya penegak untuk membantu mempertautkan fragmentasi masyarakat plural. Maksud dari “apresiasi” (appreciation) ialah “recognition of the quality, value, significance, or magnitute of people and things” (pengakuan atas kualitas, nilai, signifikansi, atau keunggulan dan benda-benda). Arti lain dari apresiasi adalah “awarness of delicate perception especially of aesthetic qualities or values” (kesadaran akan persepsi halus terutama tentang kualitas atau nilai estetik). (hal.7-8)
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan apresiasi seni pada akhirnya harus membawa peserta didik kepada pengenalan serta penghayatan dari nilai-nilai yang terdapat dalam suatu karya seni, dan mengetahui arti nilai-nilai tersebut bagi kehidupan orang atau kelompok yang menghasilkan karya seni itu. Pendidikan apresiasi seni hanya akan berhasil kalau dilakukan dalam suasana yang apresiatif, bukan suasana yang penuh prasangka.
Buku Apologis karya Yayah Khisbiyah dan Artika Sabardila yang ditulis kira-kira oleh 22 penulis tersebut terbagi menjadi lima bagian, Yaitu :
Bagian Satu, bertema “Merintis Pendidikan Seni Untuk Apresiasi Keaneragaman Budaya” memuat tentang pendidikan pluralisme terkait dengan masalah-masalah besar dan masalah yang kita hadapi sekarang ini ialah mencapai “sustainable development” yaitu cara membangun yang tidak merusak lingkungan dan tidak merusak kemanusiaan. Sifat multikultural dalam pendidikan seni merupakan proses penyadaran yang melalui potensi-potensi, nilai-nilai yang bersifat trans-etnik, trans-seni, maupun trans lokal. Jadi dalam konteks ini yang paling penting adalah bagaimana sikap tenggang rasa dapat diupayakan internalisasinya karena nilai ini tidak mungkin akan tertanam dengan sendirinya. Wawasan multikultural dalam pendidikan seni bertujuan agar kalangan terpelajar dan masyarakat luas mampu menghargai perbedaan secara tulus, komunikatif, terbuka, dan tidak saling curiga, selain untuk meningkatkan apresiasi dan kreasi seni.
Bagian dua, “Pendidikan Apresiasi Seni dan Pencerahan Anak Bangsa”. Pada bagian ini seni dalam mengembangkan kreativitas anak diantaranya dengan menggunakan musik yang memiliki keterkaitan terhadap pengembangan intelegensi. Dalam dunia pendidikan pengaruh musik terhadap peningkatan kemampuan akademik sudah lama di yakini. Interaksi dini dengan musik, selain dapat berpengaruh positif terhadap kualitas kehidupan anak-anak, musik juga dapat merangsang keberhasilan akademik jangka panjang (Widia P.1998) (hlm. 37). Selain itu juga akan memfungsikan kedua belahan otaknya secara seimbang, kelak bila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, intuitif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya. (kompas, 6/4/98)
Bagian Tiga, “Keragaman Seni dan Budaya dalam Perspektif Pluralisme”. Dalam pengertian ini, jika ingin mengembangkan pluralisme kebudayaan di Nusantara ini sebagai bagian dari keindonesiaan, maka masing-masing budaya etnis harus mendapatkan pengakuan dan tempat yang sama dalam tatanan kenegaraan. Tetapi, selama masih ada kecurigaan, was-was dari berbagai pihak jika ada yang ingin mengembangkan budaya etniknya dianggap SARA dan berbahaya bagi kesatuan bangsa, maka kita memang harus memulai lagi belajar dari awal untuk membangun kesadaran historis dan kultural bahwa perbedaan tersebut adalah fitrah manusia.
Bagian Empat, “Eksperimentasi Pendidikan Apresiasi Seni”. Berbagai pengalaman pendidikan dan pengalaman dari para penulis yang menguji cobakan pembelajaran berbasis seni, baik dengan musik, tradisi lokal, maupun dengan kisah-kisah. Pendidikan Apresiasi Seni  Tersebut Selanjutnya Disingkat Dengan PAS.
Pengamatan para tutor dalam melihat manfaat secara langsung yang dirasakan oleh siswa dari pelaksanaan PAS (Pendidikan Apresiasi Seni) diantaranya :
1.         Dengan mengikuti apresiasi seni anak terasa mendapatkan bentuk kesegaran, mendapatkan terapi sehingga anak terasa keluar dari situasi beban pelajaran yang padat yang ia dapatkan setiap hari.
2.         Model apresiasi yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan tanpa membebani anak.
3.         Menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa. Sikap ini terlihat ketika siswa diberi motivasi dengan memperagakan gerak, dengan penuh keyakinan mereka sangat berani dalam berekspresi.
Bagian Lima, “Sesi Dialog”. Berisi tentang dialog interaktif yang salah satunya bertema Merintis Pendidikan Kesenian untuk Apresiasi Keaneragaman Budaya Nusantara dan keluhuran Budi Pekerti oleh Narasumber Prof. Dr. Mochtar Buchori dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dosen FBS UNY. Kedua narasumber tersebut memaparkan tentang pentingnya seni. Persoalannya bukan ada gurunya atau tidak, kurikuler atau ekstrakulikuler, tetapi harus benar-benar disadari bahwa seni itu penting bagi peradaban manusia. Hidup kita tidak terlepas dari seni. Memasang telapak meja saja ada estetikanya. Estetika bahasa juga membuat kita memiliki semangat dan keindahan manusia. Prof. Suminto A. Suyuti mengatakan ketika di UNY tempat beliau mengajar, sampai sekarang masih tertempel spanduk berbunyi: “Kampus Tanpa Kesenian Adalah Kebun Binatang”. Susahnya sekarang pendidikan selalu tergantung dengan ukuran angka. Pendidikan dinilai dengan angka-angka. Membuat kegiatan harus ada angka-angkanya dulu. Mau mendaftar sekolah, perguruan tinggi harus memperhitungklan angka dulu, baik angka ekonomi maupun angka nilai pelajaran.
Selanjutnya masih ada 4 sesi dialog yang lain yang lebih menarik. Namun, pada intinya dialog tersebut mencoba mencari problem solving bagi "kebuntuan" hubungan antara agama dan budaya lokal khsusnya melalui dunia pendidikan. Demikian Yayah Khisbiyah, (Muhammadiyah)  dianggap berperan dalam proses peminggiran budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia.
C.     Kelebihan
Kelebihan dari buku Pendidikan Apresiasi Seni Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya ini memilki karakteristik yang unik dbanding dengan buku-buku yang lain, diantaranya :
  1. Buku ini adalah kumpulan tulisan (apologi) dari tulisan-tulisan orang yang ahli dibidang Pendidikan seni dan kesenian yang di cover dalam satu tema yang menarik dan berisi tentang problem bangsa yang memang seharusnya diperhatikan.
  2. Dilengkapi dengan hasil reportase yang komplit pada bagian lima, “sesi dialog” yang pembahasannya masih sinkron dengan tulisan-tulisan sebelumnya.
  3. Buku ini mempunyai i’tikad yang baik khususnya dalam bidang pendidikan untuk menjawab persoalan-persoalan bangsa yang tak kunjung usai.
  4. Setiap tulisan dari para penulis diberikan kesimpulan,ringkasan, atau penutup yang memudahkan pembaca untuk mengambil ide pokoknya.
D.     Kekurangan
Menjadi kelemahan dalam buku ini, terkadang ada kalimat yang masih rancau dan sulit untuk di pahami sehingga pembaca perlu membacanya berulang kali dan menambahkan kata-kata sendiri. Selain itu tulisan yang terlalu banyak dan ditambah dengan reportase “sesi dialog” yang dijadikan satu dengan tulisan-tulisan tersebut buku menjadi lebih tebal. Tentuya secara ekonomi akan tidak terjangkau oleh kalangan luas.
E.      Saran
Sebaiknya buku Pendidikan Apresiasi Seni Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya, dijadikan menjadi 2 jilid. Jilid yang pertama berisi tulisan-tulisan dan jilid yang kedua berisi reportase “sesi dialog” sehingga ketebalan buku tidak terlalu memaksa. Dan dalam proses editor penulisan buku tersebut supaya lebih teliti dan mengganti diksi yang dirasa sulit supaya mudah dipahami oleh pembaca tanpa menghilangkan makna substansinya.


ayo teman-teman do dikomeni ki resensiku....hehe

4 komentar:

  1. Nama: Ana Subekti
    NIM: 09410114

    Berbicara tentang apresiasi seni budaya dengan agama, khususnya Islam, maka keduanya memiliki hubungan yang sangat dinamis. Hubungan antara keduanya pun tidak saling mendominasi. Islam merupakan agama yang berasal dari Tuhan Allah yang diturunkan pada masyarakat yang berbudaya, maka budaya berfungsi sebagai media dalam memahami agama. Dalam hal ini bukan berarti agama lahir karena budaya, bukan agama lahir dari budaya, bukan pula agama merupakan budaya, melainkan agama dan seni budaya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.

    BalasHapus
  2. berdasarkan isi buku bagian dua terdapat kalimat "diantaranya dengan menggunakan musik yang memiliki keterkaitan terhadap pengembangan intelegensi". Tetapi kan tidak semua anak bisa beklajar dengan menggunakan musik. Ada tipe belajar anak yang suka akan keheningan dan ketenangan tanpa ada suara berisik yang anak rasa tlah mengganggu konsentrasi anak. Bagaimana pendapat saudara terkait hal tersebut?
    (ALIFAH ASIH ROHMAH-09410240)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. berbicara mengenai apresiasi seni dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan disekolah itu merupakan hal yang sangat bagus, dalam hal ini dapat menanamkan kesadaran akan pluralitas. Pendidikan apresiasi seni ini dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam berkesenian. Melalui ini pula dapat memberikan pengenalan terhadap berbagai bentuk budaya, baik yang ada di Tanah Air maupun dunia. Sehingga anak-anak akan mempunyai kebanggaan dan dapat menghargai kesenian bangsanya sendiri. Karena Seni merupakan sarana kehidupan dalam rangka
    membentuk manusia menjadi insan kamil, suatu tingkat
    kemanusiaan tertinggi yang merupakan cermin kebenaran,
    kebaikan atau etika sekaligus keindahan atau estetika. berbicara mengenai apresiasi seni dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan disekolah itu merupakan hal yang sangat bagus, dalam hal ini dapat menanamkan kesadaran akan pluralitas. Pendidikan apresiasi seni ini dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam berkesenian. Melalui ini pula dapat memberikan pengenalan terhadap berbagai bentuk budaya, baik yang ada di Tanah Air maupun dunia. Sehingga anak-anak akan mempunyai kebanggaan dan dapat menghargai kesenian bangsanya sendiri. Karena Seni merupakan sarana kehidupan dalam rangka
    membentuk manusia menjadi insan kamil, suatu tingkat
    kemanusiaan tertinggi yang merupakan cermin kebenaran,
    kebaikan atau etika sekaligus keindahan atau estetika. [lathifah mutiq/ 09410248]

    BalasHapus