NIM : 09410260
PENDIDIKAN APRESIASI SENI
Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya
Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya
"Yayah Khisbiyah dan Atiqa
Sabardila"
A.
Identitas Buku
Judul Buku : Pendidikan
Apresiasi Seni (Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya)
Penulis :Yayah Khisbiyah dan Atiqa Sabardila
Penyelaras : Fajar Riza Ul Haq dan Almuntaqo Zainuddin
Penerbit : Pusat
Studi Budaya dan Perubahan Sosial UMS kerjasama dengan The Ford Foundation
Tahun Terbit : 2004
Tebal : xxvii + 359 hlm
Tebal : xxvii + 359 hlm
B.
Isi
Buku
Dalam sajian buku Pendidikan Apresiasi Seni (Wacana
dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya) dijelaskan secara gamblang
apresiasi pluralisme dan multikulturalisme melalui pendidikan seni sebagai
salah satu upaya penegak untuk membantu mempertautkan fragmentasi masyarakat
plural. Maksud dari “apresiasi” (appreciation)
ialah “recognition of the quality, value,
significance, or magnitute of people and things” (pengakuan atas kualitas, nilai, signifikansi, atau keunggulan dan
benda-benda). Arti lain dari apresiasi adalah “awarness of delicate perception especially of aesthetic qualities or
values” (kesadaran akan persepsi halus terutama tentang kualitas atau nilai
estetik). (hal.7-8)
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa
pendidikan apresiasi seni pada akhirnya harus membawa peserta didik kepada
pengenalan serta penghayatan dari nilai-nilai yang terdapat dalam suatu karya
seni, dan mengetahui arti nilai-nilai tersebut bagi kehidupan orang atau
kelompok yang menghasilkan karya seni itu. Pendidikan apresiasi seni hanya akan
berhasil kalau dilakukan dalam suasana yang apresiatif, bukan suasana yang
penuh prasangka.
Buku Apologis karya Yayah Khisbiyah dan Artika
Sabardila yang ditulis kira-kira oleh 22 penulis tersebut terbagi menjadi lima
bagian, Yaitu :
Bagian Satu,
bertema “Merintis Pendidikan Seni Untuk Apresiasi Keaneragaman Budaya” memuat
tentang pendidikan pluralisme terkait dengan masalah-masalah besar dan masalah
yang kita hadapi sekarang ini ialah mencapai “sustainable development” yaitu cara membangun yang tidak merusak
lingkungan dan tidak merusak kemanusiaan. Sifat multikultural dalam pendidikan
seni merupakan proses penyadaran yang melalui potensi-potensi, nilai-nilai yang
bersifat trans-etnik, trans-seni, maupun trans lokal. Jadi dalam konteks ini
yang paling penting adalah bagaimana sikap tenggang rasa dapat diupayakan
internalisasinya karena nilai ini tidak mungkin akan tertanam dengan
sendirinya. Wawasan multikultural dalam pendidikan seni bertujuan agar kalangan
terpelajar dan masyarakat luas mampu menghargai perbedaan secara tulus,
komunikatif, terbuka, dan tidak saling curiga, selain untuk meningkatkan
apresiasi dan kreasi seni.
Bagian dua,
“Pendidikan Apresiasi Seni dan Pencerahan Anak Bangsa”. Pada bagian ini seni
dalam mengembangkan kreativitas anak diantaranya dengan menggunakan musik yang
memiliki keterkaitan terhadap pengembangan intelegensi. Dalam dunia pendidikan
pengaruh musik terhadap peningkatan kemampuan akademik sudah lama di yakini.
Interaksi dini dengan musik, selain dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
kehidupan anak-anak, musik juga dapat merangsang keberhasilan akademik jangka
panjang (Widia P.1998) (hlm. 37). Selain itu juga akan memfungsikan kedua
belahan otaknya secara seimbang, kelak bila mereka dewasa akan menjadi manusia
yang berpikiran logis, intuitif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam
perasaannya. (kompas, 6/4/98)
Bagian Tiga,
“Keragaman Seni dan Budaya dalam Perspektif Pluralisme”. Dalam pengertian ini,
jika ingin mengembangkan pluralisme kebudayaan di Nusantara ini sebagai bagian
dari keindonesiaan, maka masing-masing budaya etnis harus mendapatkan pengakuan
dan tempat yang sama dalam tatanan kenegaraan. Tetapi, selama masih ada
kecurigaan, was-was dari berbagai pihak jika ada yang ingin mengembangkan
budaya etniknya dianggap SARA dan berbahaya bagi kesatuan bangsa, maka kita
memang harus memulai lagi belajar dari awal untuk membangun kesadaran historis
dan kultural bahwa perbedaan tersebut adalah fitrah manusia.
Bagian Empat,
“Eksperimentasi Pendidikan Apresiasi Seni”. Berbagai pengalaman pendidikan dan
pengalaman dari para penulis yang menguji cobakan pembelajaran berbasis seni,
baik dengan musik, tradisi lokal, maupun dengan kisah-kisah. Pendidikan Apresiasi Seni Tersebut Selanjutnya Disingkat Dengan PAS.
Pengamatan para tutor dalam melihat manfaat secara langsung
yang dirasakan oleh siswa dari pelaksanaan PAS (Pendidikan Apresiasi Seni)
diantaranya :
1.
Dengan mengikuti apresiasi seni anak terasa mendapatkan
bentuk kesegaran, mendapatkan terapi sehingga anak terasa keluar dari situasi
beban pelajaran yang padat yang ia dapatkan setiap hari.
2.
Model apresiasi yang dalam pelaksanaannya dilakukan
dengan tanpa membebani anak.
3.
Menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa. Sikap ini
terlihat ketika siswa diberi motivasi dengan memperagakan gerak, dengan penuh
keyakinan mereka sangat berani dalam berekspresi.
Bagian Lima, “Sesi
Dialog”. Berisi tentang dialog interaktif yang salah satunya bertema Merintis
Pendidikan Kesenian untuk Apresiasi Keaneragaman Budaya Nusantara dan keluhuran
Budi Pekerti oleh Narasumber Prof. Dr. Mochtar Buchori dan Prof. Dr. Suminto A.
Sayuti dosen FBS UNY. Kedua narasumber tersebut memaparkan tentang pentingnya
seni. Persoalannya bukan ada gurunya atau tidak, kurikuler atau
ekstrakulikuler, tetapi harus benar-benar disadari bahwa seni itu penting bagi
peradaban manusia. Hidup kita tidak terlepas dari seni. Memasang telapak meja
saja ada estetikanya. Estetika bahasa juga membuat kita memiliki semangat dan
keindahan manusia. Prof. Suminto A. Suyuti mengatakan ketika di UNY tempat beliau
mengajar, sampai sekarang masih tertempel spanduk berbunyi: “Kampus Tanpa
Kesenian Adalah Kebun Binatang”. Susahnya sekarang pendidikan selalu tergantung
dengan ukuran angka. Pendidikan dinilai dengan angka-angka. Membuat kegiatan
harus ada angka-angkanya dulu. Mau mendaftar sekolah, perguruan tinggi harus
memperhitungklan angka dulu, baik angka ekonomi maupun angka nilai pelajaran.
Selanjutnya masih ada 4 sesi dialog yang lain yang lebih
menarik. Namun, pada intinya dialog tersebut mencoba mencari problem solving bagi "kebuntuan"
hubungan antara agama dan budaya lokal khsusnya melalui dunia pendidikan. Demikian Yayah
Khisbiyah, (Muhammadiyah) dianggap berperan dalam proses peminggiran budaya-budaya lokal yang ada di Indonesia.
C. Kelebihan
Kelebihan dari buku
Pendidikan Apresiasi Seni Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya
ini memilki karakteristik yang unik dbanding dengan buku-buku yang lain,
diantaranya :
- Buku ini adalah kumpulan tulisan (apologi) dari tulisan-tulisan orang yang ahli dibidang Pendidikan seni dan kesenian yang di cover dalam satu tema yang menarik dan berisi tentang problem bangsa yang memang seharusnya diperhatikan.
- Dilengkapi dengan hasil reportase yang komplit pada bagian lima, “sesi dialog” yang pembahasannya masih sinkron dengan tulisan-tulisan sebelumnya.
- Buku ini mempunyai i’tikad yang baik khususnya dalam bidang pendidikan untuk menjawab persoalan-persoalan bangsa yang tak kunjung usai.
- Setiap tulisan dari para penulis diberikan kesimpulan,ringkasan, atau penutup yang memudahkan pembaca untuk mengambil ide pokoknya.
D. Kekurangan
Menjadi kelemahan dalam
buku ini, terkadang ada kalimat yang masih rancau dan sulit untuk di pahami
sehingga pembaca perlu membacanya berulang kali dan menambahkan kata-kata sendiri.
Selain itu tulisan yang terlalu banyak dan ditambah dengan reportase “sesi
dialog” yang dijadikan satu dengan tulisan-tulisan tersebut buku menjadi lebih
tebal. Tentuya secara ekonomi akan tidak terjangkau oleh kalangan luas.
E. Saran
Sebaiknya buku Pendidikan
Apresiasi Seni Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya, dijadikan
menjadi 2 jilid. Jilid yang pertama berisi tulisan-tulisan dan jilid yang kedua
berisi reportase “sesi dialog” sehingga ketebalan buku tidak terlalu memaksa.
Dan dalam proses editor penulisan buku tersebut supaya lebih teliti dan
mengganti diksi yang dirasa sulit supaya mudah dipahami oleh pembaca tanpa
menghilangkan makna substansinya.
ayo teman-teman do dikomeni ki resensiku....hehe
ayo teman-teman do dikomeni ki resensiku....hehe
Nama: Ana Subekti
BalasHapusNIM: 09410114
Berbicara tentang apresiasi seni budaya dengan agama, khususnya Islam, maka keduanya memiliki hubungan yang sangat dinamis. Hubungan antara keduanya pun tidak saling mendominasi. Islam merupakan agama yang berasal dari Tuhan Allah yang diturunkan pada masyarakat yang berbudaya, maka budaya berfungsi sebagai media dalam memahami agama. Dalam hal ini bukan berarti agama lahir karena budaya, bukan agama lahir dari budaya, bukan pula agama merupakan budaya, melainkan agama dan seni budaya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
berdasarkan isi buku bagian dua terdapat kalimat "diantaranya dengan menggunakan musik yang memiliki keterkaitan terhadap pengembangan intelegensi". Tetapi kan tidak semua anak bisa beklajar dengan menggunakan musik. Ada tipe belajar anak yang suka akan keheningan dan ketenangan tanpa ada suara berisik yang anak rasa tlah mengganggu konsentrasi anak. Bagaimana pendapat saudara terkait hal tersebut?
BalasHapus(ALIFAH ASIH ROHMAH-09410240)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusberbicara mengenai apresiasi seni dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan disekolah itu merupakan hal yang sangat bagus, dalam hal ini dapat menanamkan kesadaran akan pluralitas. Pendidikan apresiasi seni ini dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam berkesenian. Melalui ini pula dapat memberikan pengenalan terhadap berbagai bentuk budaya, baik yang ada di Tanah Air maupun dunia. Sehingga anak-anak akan mempunyai kebanggaan dan dapat menghargai kesenian bangsanya sendiri. Karena Seni merupakan sarana kehidupan dalam rangka
BalasHapusmembentuk manusia menjadi insan kamil, suatu tingkat
kemanusiaan tertinggi yang merupakan cermin kebenaran,
kebaikan atau etika sekaligus keindahan atau estetika. berbicara mengenai apresiasi seni dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan disekolah itu merupakan hal yang sangat bagus, dalam hal ini dapat menanamkan kesadaran akan pluralitas. Pendidikan apresiasi seni ini dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam berkesenian. Melalui ini pula dapat memberikan pengenalan terhadap berbagai bentuk budaya, baik yang ada di Tanah Air maupun dunia. Sehingga anak-anak akan mempunyai kebanggaan dan dapat menghargai kesenian bangsanya sendiri. Karena Seni merupakan sarana kehidupan dalam rangka
membentuk manusia menjadi insan kamil, suatu tingkat
kemanusiaan tertinggi yang merupakan cermin kebenaran,
kebaikan atau etika sekaligus keindahan atau estetika. [lathifah mutiq/ 09410248]