Senin, 16 April 2012

ASAS KEBUDAYAAN ISLAM


Judul Buku                  : ASAS KEBUDAYAAN ISLAM
Pengarang                   : Drs.Sidi Gazalba
Penerbit                       : Bulan Bintang
Tahun Terbit                 : 1978
Tebal Buku                  : 334 halaman
Peresensi                     : Ta’riful Azis
NIM Perensensi          : 09410198
ASAS KEBUDAYAAN ISLAM 
  1.    Hubungan antara Iman-Agama-Kebudayaan
Intisari agama adalah tata hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam Islam tata hubungan itu dilaksanakan oleh rukun Islam. Setelah manusia beriman, Tuhan menyuruhnya mengerjakan rukun Islam. Rukun ini mendidik ketaatan dan penyerahan diri, sehingga kedua unsure ini menjadi tabiatnya.
            Rukun Islam, Ikhsan, Ikhlas dan taqwa, merupakaj asas agama Islam. Dengan sikap hidup taqwa muslim (yang mengerjakan rukun Islam) melakukan apa yang disuruh dan menjauhi apa yang dilarang Tuhan. Menghadapi tiap perkara dalam kehidupan yang luas ini, selalu Muslim berpegang pada suruhan dan larangan itu. Sikap hidup demikian membentuk cara hidup. Dan cara hidup itu adalah kebudayaan.
            Dari uraian tersebut tersimpul antara aqidah, agama, dan kebudayaan terjalin saling-hubungan. Agama tegak berasaskan ‘aqidah dan kebudayaan tegak atas asas agama. Kalau kita misalkan Islam itu bangunan, aqidah itu fondamennya, tiang-tiang dan dinding merupakan agama; pintu, jendela, dan atap adalah kebudayaan.
            Kebudayaan ialah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang dan waktu. Kebudayaan dibentuk oleh masyarakat. Hakikat masyarakat adalah hubungan manusia dengan manusia. Untuk hidup bekerjasamadan hidup bersama kelompok manusia memerlukan tata. Tata hubungan manusia inilah sesungguhnya yang disebut kebudayaan.
            Kebudayaan itu dapat dipandang sebagai lawan agama. Konfrontasi kebudayaan dengan agama melahirkan paham sekularisme. Tetapi dalam ajaran Islam kedua yang berlawanan itu diintegrasikan dalam Ad-Din didalam mana kebudayaan dipancarkan oleh agama karena itu ia takluk kepadanya. Ilmu manusia (antropologi) memandang kebudayaan sebagai khas manusia.
            Pada manusialah  kita temukan tingkat kehidupan yang tertinggi, mengatasi ruang dan waktu perbedaan kehidupannya ternyata pada kebudayaan :
  • Hewan tidak kenal perkawinan; manusia membentuk ikatan perkawinan, melahirkan ikatan dan hubungan kekerabatan,
  • hewan membatasi keperluannya pada apa yang telah sedia ada; manusia melakukan produksi, distribusi, dan konsumsi dari pada keperluan-keperluan,
  • hewan tidak bermasyarakat; manusia membentuk masyarakat dan mengatur masyarakat itu untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan,
  • hewan tidak menemukan pengetahuan atau menciptakannya; manusia membentuk pengatahuan dari pengalaman dan melakukan kajian untuk menemukan pengetahuan,
  • hewan tidak berfikir; manusia bukan saja berfikir tapi dapat berfikir sistematis, radikal dan universal.
Perbedaan antara manusia dan hewan itulah yang dimaksud kebudayaan.
                        Dari uraian di atas dapat disimpulkan sempat tingkat alam:
  • alam benda mati
  • alam tumbuhan
  • alam hewan
  • alam manusia. 
         2.    Kesenian
 
            Apakah itu kesenian? Indah, bagus, cantik adalah kata-kata yang paling banyak dan paling umum diucapkan tapi yang sukar untuk diberikan pengertian. Kesenian adalah usaha untuk membentuk kesenangan. Indah dalam nilai bersifat ideal, ia bukan kata karena itu tidak ada eksistensinya. Objek kesenian ialah karya, lantunannya ialah perasaan senang pada diri orang yang mengalami karya itu. Karya itu ialah ciptaan bentuk. Bentuk itu diciptakan dalam usaha menimbulkan kesenangan. Maka sampailah kita pada takrif “usaha menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan”.
            Sekalipun kedudukan kesenian di dalam kebudayaan dan bukan dalam agama, namun gejala-gejala kesenian kita temukan dalam lapangan agama. Adalah umum sekali orang melagukan bacaan Qur’an bahkan diadakan pula lomba baca Qur’an yang salah satu unsure penilaiannya adalah unsure lagunya. Membaguskan bacaan Qur’an ialah dalam rangka membaguskan Qur’an itu sendiri:
“hendaklah kamu baguskan akan Qur’an dengan suaramu, karena suara yang bagus itu menambah kebagusan Qur’an” (Hadits Riwayat Al-Hakim, Ad-Darimy dan Ibnu Nasar ).
            Dipandang dari kacamata kesenian Qur’an mengandung nilai sastra yangkalau diukur dari sudut kesenian adalah sempurna. Semenjak Al-Qur’an diturunkan dicoba oleh manusia membuat karya yang senilai sastranya dengan Al-Qur’an dan ternyata gagal. Sekalipun ayat-ayat Tuhan mengandung sastra, namun ia bukanlah karya sastra:

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (Q.S.36 : 69).

3 komentar:

  1. Sependapat dengan isi buku ini, memang benar dalam mengapresiasikan seni diperlukan adanya asas, yang disini disebutkan terdapat tiga asas yaitu rukun Islam, Ikhsan, Ikhlas dan taqwa. Dengan berlandaskan Alqur'an dan Hadis serta asas tersebut dapat menuntun seorang seniman menjadi seniman yang islami, sehingga seni yang dibentuk dapat menjadi seni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai Islam dan dapat tidak ketinggalan jaman.

    Ika Zulaicha
    (09410171)

    BalasHapus
    Balasan
    1. menarik sekali ketika sebuah seni dilakukan atau dilaksanakan dengan melihat atau memperhatikan asas-asas ajaran agama islam yaitu ihsan, ikhlas dan taqwa. dimana ketiga asas ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam ajaran agama islam, ketika seseorang akan melalukan sesuatu maka harus memperhatikan ketiga asas ini. karena atau untuk siapa ia melakkan sesuatu tersebut, ikhlas kah ia, dan dapat menambahkan ketaqwaannya atau tidak kepada Allah SWT.
      Jika dalam membuat seni memperhatikan ketiga asas ini, tentu tidak akan adan seni yang tidak bermanfaat untuk umat manusia, semuanya akan berjalan sesuai dengan ajaran islam dan sesuai yang diharapkan oleh islam.

      Hapus
  2. Sebuah karya seni merupakan bentuk ekspresi dari seorang seniman, di sisi lain sebuah karya seni akan menjadi sebuah simbol yang mungkin dikaitkan dalam suatu hal. Begitu pula ketika kita membicarakan kebudayaan maupun kesenian yang ada menyangkut Agama khususnya Islam. Kesenian dan kebudayaan dalam Islam dapat dikatakan sebagai simbol dan wajah dari Islam itu sendiri. Oleh karena itu, seni yang diwujudkan dalam bingkai keislaman haruslah sesui dengan tuntunan dan kaidah dalam syariat Islam.

    Yusuf Anggoro Bhakti (09410172)

    BalasHapus