Senin, 09 April 2012

review Naili Fauziah

Tugas Pengembangan Budaya dan Seni 

Nama : Naili Fauziah Lutfiani (09410155)

IDENTITAS BUKU 
a. Judul Buku : Paradigma Kebudayaan Islam 
b. Nama Pengarang : Dr. Faisal Ismail 
c. Tebal Buku : 289 
d. Penerbit : Titian Ilahi Press

           PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM STUDI KRITIS DAN REFLEKSI HISTORIS 
 Buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama berisi tentang Agama dan Kebudayaan. Bagaimana hubungan antara agama dan kebudayaan? Yang pertama agama merupakan bagian dari kebudayaan, menurut prinsip ini para pakar seperti Emile Durkheim, C.V. Van Peurseun menyatakan bahwa semua agama di dunia adalah sama dan merupakan dari fenomena gejala social yang dapat ditemukan pada tiap kelompok masyarakat. Kebudayaan adalah meliputi perbuatan manusia seperti misalnya cara ia menghayati kematian dan membuat upacara untuk menyambut upacara itu. Termasuk hal-hal yang berkaitan dengan tata cara peribadatan dalam suatu agama dan seni. pendapat selanjutnya menyatakan bahwa agama bukan bagian dari kebudayaan, demikian sebaliknya kebudayaan islam bukan bagian dari kebudayaan islam. Agama dan kebudayaan adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat. Kritik atas pemikiran kebudayaan Zidi Gazalba, menurut Zidi Gazalba agama dan kebudayaan membentuk dien, agama bukan bidang kebudayaan bagi islam, hal ini ditegaskan oleh penulis bahwasanya tidak ada unsure kebudayaan dalam dien, dien tidak terbentuk dari unsure-unsur kebudayaan, tidak ada unsure-unsur kebudayaan yang ikut membentuk dien, kecuali hanya wahyu itu sendiri. Bagian kedua buku ini memaparkan tentang Islam, Pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Umat islam Indonesia saat ini tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat, eksistensi umat islam memang besar tapi mereka tidak mampu memfungsikan kebesarannya. Umat islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi, umat islam telah mundur dari science dan filsafat. Kemudian, terhadap adanya era globalisasi, umat islam bersikap tertutup, Rendra mengatakan sebagian kalangan berperilaku semacam dewa-dewa yang tidak boleh dijamah, tidak boleh dikritik, dan tidak boleh disinggung. Hal ini menurut Rendra akan menimbulkan nuansa “onar jiwa”yang mendatangkan kepalsuan dan kesemuan, sehingga jika ada kritik dan gagasan yang datang dari luar islam, maka umat islam mudah sekali tersinggung. Hal ini diperparah lagi dengan apresiasi umat islam terhadap seni nol besar. Umat islam bersikap acuh tak acuh, apatis masa bodoh terhadap situasi dan zamanya, sementara gelombang kebudayaan barat semakin memperlihatkan arus yang bertubi-tubi dan dahsyat, sehingga berhasil merebut mayoritas anak-anak muda islam, sehingga anak-anak muda islam keblinger tafsir bahwa apa yang datang dari barat adalah modern semuanya. Penyeberangan mayoritas anak-anak muda islam ini agaknya disebabkan oleh miskinnya kebudayaan islam sehingga mereka mencari kebudayaan lain. Dengan adanya fenomena seperti ini maka perlu adanya strategi kebudayaan dan pembaharuan pendidikan islam. Abul A‘la Al-Maududi menyerukan agar seluruh dunia islam untuk menghidupkan kembali kebudayaan dan peradaban, pendidikan islam. Terkait dengan hal tersebut, umat islam harus memiliki visi yang jelas tentang tujuan pendidikan yang hendak dicapai, tujuan tersebut menuntut umat islam agar bisa mengembangkan rencana jangka pendek dan panjang serta program-program yang sistematik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditargetkan. Informasi hendaknya dilakukan secara simultan, baik terhadap system pendidikan tradisional maupun modern. Tujuan pendidikan islam hendaknya merupakan suatu konvergensi dan integrasi dari kedua sistem itu. Berkembangnya kebudayaan islam ini ditandai dengan pesantren dan kebangkitan intelektualisme islam. Pesantren tidak lagi dimaknai tertutup terhadap perubahan seperti dalam paparan thesis Greetz. Tesis tersebut direvisi oleh Hiroko Hirokosi, (1) kiai tidak bersikap meredam terhadap perubahan yang terjadi akan tetapi ia justru mempelopori perubahan social dengan caranya sendiri (2) kiai bukan elakukan penyaringan informasi, melainkan menawarkan agenda perubahan yang dianggapnya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat yang dipimpinya (3) kiai bukan kurang berperan dalam proses penyaringan informasi, akan tetapi ia berperan sepenuhnya karena ia mengerti bahwa perubahan social merupakan perkembangan yang tak terlelakkan. Bagian ketiga dari buku ini membahas tentang keberimanan dan kebersenimanan. Tantangan kesenian sekuler Barat menjadi ancaman terhadap bangsa Indonesia. Menurut Kuntowijoyo kesenian di Indonesia akan mengalami kemacetan, hal ini karena umat islam berbangga-bangga dengan kemiskinan seni yang dimilikinya, mereka justru lebih welcome terhadap kesenian sekuler dari barat. Bagian keempat buku ini mengulas berbagai sektor tentang Islam, moralitas dan modernitas. Kita telaah kasus modernitas di Iran dan Turki. Dengan adanya pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk, yang semula Turki kukuh dengan nilai-nilai islam. Kemal Attaturk ambisius membangun modernsasi meniru ala barat, kini Turki menjadi negara sekuler, dikotomi antara agama dan negara. Hukum islam diganti dengan hokum Swiss. Serupa dengan Iran, intensitas pembangunan modernitas dalam berbagai sektor seperti ekonomi, politik dll, dibawah rezim Syah Muhamad Reza Pahlevi yang mengalami kemajuan begitu cepat. Hal ini berimplikasi pada tersisihnya aspirasi dan nilai-nilai luhur islam. Dari kedua kasus tersebut dapat kita petik hikmah yang berharga, bahwa orientasi dan praktek modernisasi yang keliru akan menimbulkan krisis identitas dan ketimpangan serta kebangkrutan nilai-nilai budaya. Krisis dan kebangkrutan tersebut terjadi karena pengabaian terhadap nilai-nilai spiritual islam dan aspirasi agama. Bab yang terakhir (kelima) membahas tentang Islam, moralitas dan modernitas. Kebudayaan islam di Andalusia dalam lintasan sejarah. Sejarah mencatat antara pertengahan abad ke-8 hingga permulaan abad ke -13 masehi, umat islam mencapai puncak kejayaan dalam peradaban. Baik daulah islam di timur (daulah abasiyah yang berpusat di Baghdad), maupun daulah islam di barat yang berpusat di Cordova, keduanya memperlihatkan berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Umat islam pernah berperan sebagai bangsa creator inventor dan innovator besar yang ulung, yang jasa-jasa dan kontribusinya telah dipakai sebagai “dasar-dasar kemajuan” yang terjadi di Barat. Dengan membuka wawasan semacam ini, kita berharap lebih lebih memiliki kesadaran sejarah dan kesadaran cultural yang bisa mempertajam rasa percaya diri dalam memberi makna bagi abad kebangkitan islam pada abad 15 hijriyah ini. Dari sejarah tadi kita dapat merekonstruksi dengan memberkikan sumbangan kebudayaan islam terhadap kebudayaan barat. Banyak sekali kontribusi islam bagi bangunan kebudayaan barat. Dalam lapangan ilmu kedokteran dokter islam Al-Kindi telah menulis buku ilmu mata yang telah diterjemahkan kedalm bahasa latin menjadi Optics. Salah seorang pengagum Al-Kindi adalah Roger Bacon. Selain Al-Kindi terkenal pula nama Ar-Razi yang dalam dunia barat disebut Rhazez. Dokter islam Ar-razi telah mengarang buku kedokteran berjudul Al-Hawi. Buku tersebut atas perintah raja Charles I dari Anyou, telah diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh raja Faraj bin salim (seorang tabib yahudi dari Sicilia) dengan judul Continens, buku Ar-razi tersebut beberapa kali dicetak ulangdan cetakan ke-5 nya terbit tahun 1542 di Vanesia. Ia memuat dan merangkum ilmu pengetahuan ketabiban dari Parsi Yunani dan Hindu dan hasil-hasil yang dilakukanya sendiri. Dokter lain adalah Ibnu Sina (Avecina) bukunya berjudul Qanun Fi Tib diterjemahkan dalam bahasa latin dengan Qanun of Medicine. Dan menjadi pegangan di perguruan tinggi di Eropa selama 30 tahun terakhir daria abad 15. Buku tersebut diterbitkan dalam bahasa latin dan ibrani sampai pada 15 kali terbit. Buku lain Ibnu Sina yang berjudul Materia Medica memuat kira-kira sejumlah 760 macam ilmu tentang obat-obatan. Di lapangan astronomi ada Al-Khawarizmi merupakan orang pertama yang menyusun buku tentang ilmu hitung dan al-Jabar. Karya-karyanya memiliki pengaruh abad pertengahan. Judul bukunya adalah Al-Jabr Almuqabalah buku ini diterjemahkan dalam bahasa latin, pengaruhnya sangat kuat dibuktikan dengan “Algorisme” (Latinisasi dari nama Al-Kkhawarizmi) untuk waktu yang lama berarti aritmatik (dalam bahsa Eropa). Selain itu di lapangan filsafat ada Filosof Ibnu Rusyd, dalam bidang sejarah terdapat Ibnu Khaldun dengan karya Al-Muqadimahnya yang memberikan kontribusi terhadap sarjana barat dalam bidang sosiologi dan ilmu sejarah. Dengan mengungkap kembali kebesaran dan kejayaan umat islam di masa silam tak lain dimaksudkan agar umat islam mempunyai kesadaran masa lalu, kesadaran cultural yang dapat dipakai sebagai jembatan dalam membangun kembali pilar-pilar budaya masa kini dan masa depan. Jika kesadaran cultural masa lalu ini hilang, umat islam akan kehilangan jejak dan mungkin akan kehilangan arah untuk menuju ke masa depan. Merenungi dan menghayati kembali kebesaran islam di masa silam adalah perlu dalam rangka mengambil hikmah bahwa kejayaan dan kebesaran islam pada masa lau itu merupakan hasil usaha yang dilakukan secara giat, rajin, tekun dan ulet oleh para sarjana islam. Renungan dan penghayatan islam pada masa silam haruslah menjadi kesadaran dan kepercayaan diri bahwa umat islam pada masa jayanya pernah menjadi bangsa inventor dan creator yang besar dan ulung yang dalam kebudayaan dan sejarah peradaban umat manusia tidak ada yang dapat menunggulinya. Dengan kesadaran refleksi ke masa silam, Diharapkan umat islam akan mampu mengikis kemalasan berfikir dan menumbuhkan etos kerja secara maksimal dalam berkarya. Dan jika abd 15 hijri disebut-sebut sebagai abad harapan kebangkitan kembali islam, maka sesungguhnya suatu segi yang harus mendapat penekanan dalam memasuki era baru itu adalah membangun kembali pemikiran-pemikiran kebudayaan dan menghidupkan kembali etos kerja yang bisa menopang timbulnya gerakan kebudayaan, inilah tantangan bagi umat islam. Kelemahan yang terdapat dalam buku ini diantaranya adalah pertama, buku ini sebagian isinya memberikan kontribusi dalam bentuk materi/substansi/isi kepada mahasiswa, namun sedikit dalam pembangunan frame pemikiran mahasiswa. Buku yang berisikan tentang informasi-informasi yang actual pada masa itu, otomatis akan menjadi basi pada perkembangan zaman selanjutnya. Buku ini dapat di kaji oleh kalangan mahasiswa dan dosen, tidak untuk para pelajar. Terdapat substansi materi yang sudah basi untuk zaman sekarang (2012). Kelebihan yang terdapat dalam buku ini diantaranya buku ini isinya bagus, karena banyak analisis yang ditawarkan oleh penulis, hal ini dapat memberikan khasanah keilmuan bagi mahasiswa dan dosen. Buku ini bermanfaat untuk kalangan mahasiswa, dosen, masyarakat akademis. Didalamnya membahas informasi-informasi masa lampau seperti paparan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa peradaban Andalusia, dengan tujuan untuk refleksi dan rekonstruksi dan informasi actual untuk kebutuhan masyarakat dan menjawab problematika kebudayaan saat ini (pada masa itu). Ada sebagian sub materi yang masih bias digunakan untuk perkembangan keilmuan pada masa sekarang (2012). Bahasa analisis yang digunakan dalam pengkajian problematika isu-isu kebudayaan yang disajikan oleh penulis sangat menarik dan rasional, sehingga dapat diterima oleh pembaca tanpa harus berfikir dua kali. Dari berbagai kelemahan dan kelebihan buku ini, dapat disimpulkan bahwa buku ini bagus guna menunjang mata perkuliahan pengembangan budaya dan seni karena isisnya yang relevan dan penyajian yang dapat diterima oleh kebayakan kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar