Tugas
Pengembangan Budaya dan Seni
Nama
: Naili Fauziah Lutfiani (09410155)
IDENTITAS
BUKU
a. Judul
Buku : Paradigma Kebudayaan
Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis
b. Nama
Pengarang : Dr. Faisal Ismail
c. Tebal
Buku : 289
d. Penerbit : Titian Ilahi Press
PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM STUDI
KRITIS DAN REFLEKSI HISTORIS
Buku
ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama berisi tentang Agama dan
Kebudayaan. Bagaimana hubungan antara agama dan kebudayaan? Yang pertama agama
merupakan bagian dari kebudayaan, menurut prinsip ini para pakar seperti Emile
Durkheim, C.V. Van Peurseun menyatakan bahwa semua agama di dunia adalah sama
dan merupakan dari fenomena gejala social yang dapat ditemukan pada tiap
kelompok masyarakat. Kebudayaan adalah meliputi perbuatan manusia seperti misalnya
cara ia menghayati kematian dan membuat
upacara untuk menyambut upacara itu. Termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
tata cara peribadatan dalam suatu agama dan seni. pendapat selanjutnya menyatakan bahwa agama
bukan bagian dari kebudayaan, demikian sebaliknya kebudayaan islam bukan bagian
dari kebudayaan islam. Agama dan kebudayaan adalah sesuatu yang berdiri
sendiri. Tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat. Kritik atas pemikiran
kebudayaan Zidi Gazalba, menurut Zidi Gazalba agama dan kebudayaan membentuk dien, agama bukan bidang kebudayaan
bagi islam, hal ini ditegaskan oleh penulis bahwasanya tidak ada unsure
kebudayaan dalam dien, dien tidak
terbentuk dari unsure-unsur kebudayaan, tidak ada unsure-unsur kebudayaan yang
ikut membentuk dien, kecuali hanya
wahyu itu sendiri.
Bagian kedua buku ini memaparkan tentang
Islam, Pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Umat islam Indonesia saat ini
tidak hadir secara fungsional dalam tata kehidupan masyarakat, eksistensi umat
islam memang besar tapi mereka tidak mampu memfungsikan kebesarannya. Umat
islam seakan-akan bukan sahabat kemanusiaan lagi, umat islam telah mundur dari
science dan filsafat. Kemudian, terhadap adanya era globalisasi, umat islam
bersikap tertutup, Rendra mengatakan sebagian kalangan berperilaku semacam
dewa-dewa yang tidak boleh dijamah, tidak boleh dikritik, dan tidak boleh
disinggung. Hal ini menurut Rendra akan menimbulkan nuansa “onar jiwa”yang
mendatangkan kepalsuan dan kesemuan, sehingga jika ada kritik dan gagasan yang
datang dari luar islam, maka umat islam mudah sekali tersinggung. Hal ini
diperparah lagi dengan apresiasi umat islam terhadap seni nol besar. Umat islam
bersikap acuh tak acuh, apatis masa bodoh terhadap situasi dan zamanya,
sementara gelombang kebudayaan barat semakin memperlihatkan arus yang
bertubi-tubi dan dahsyat, sehingga berhasil merebut mayoritas anak-anak muda islam, sehingga anak-anak muda islam
keblinger tafsir bahwa apa yang datang dari barat adalah modern semuanya.
Penyeberangan mayoritas anak-anak muda islam ini agaknya disebabkan oleh miskinnya
kebudayaan islam sehingga mereka mencari kebudayaan lain. Dengan adanya
fenomena seperti ini maka perlu adanya strategi kebudayaan dan pembaharuan
pendidikan islam. Abul A‘la Al-Maududi menyerukan agar seluruh dunia islam
untuk menghidupkan kembali kebudayaan dan peradaban, pendidikan islam. Terkait
dengan hal tersebut, umat islam harus memiliki visi yang jelas tentang tujuan
pendidikan yang hendak dicapai, tujuan tersebut menuntut umat islam agar bisa
mengembangkan rencana jangka pendek dan panjang serta program-program yang
sistematik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditargetkan. Informasi hendaknya
dilakukan secara simultan, baik terhadap system pendidikan tradisional maupun
modern. Tujuan pendidikan islam hendaknya merupakan suatu konvergensi dan
integrasi dari kedua sistem itu. Berkembangnya kebudayaan islam ini ditandai
dengan pesantren dan kebangkitan intelektualisme islam. Pesantren tidak lagi
dimaknai tertutup terhadap perubahan seperti dalam paparan thesis Greetz. Tesis
tersebut direvisi oleh Hiroko Hirokosi, (1) kiai tidak bersikap meredam
terhadap perubahan yang terjadi akan tetapi ia justru mempelopori perubahan
social dengan caranya sendiri (2) kiai bukan elakukan penyaringan informasi,
melainkan menawarkan agenda perubahan yang dianggapnya sesuai dengan kebutuhan
nyata masyarakat yang dipimpinya (3) kiai
bukan kurang berperan dalam proses penyaringan informasi, akan tetapi ia
berperan sepenuhnya karena ia mengerti bahwa perubahan social merupakan
perkembangan yang tak terlelakkan. Bagian ketiga dari buku ini membahas tentang
keberimanan dan kebersenimanan. Tantangan kesenian sekuler Barat menjadi
ancaman terhadap bangsa Indonesia. Menurut Kuntowijoyo kesenian di Indonesia
akan mengalami kemacetan, hal ini karena umat islam berbangga-bangga dengan
kemiskinan seni yang dimilikinya, mereka justru lebih welcome terhadap kesenian
sekuler dari barat.
Bagian
keempat buku ini mengulas berbagai sektor tentang Islam, moralitas dan
modernitas. Kita telaah kasus modernitas di Iran dan Turki. Dengan adanya
pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk, yang semula Turki kukuh
dengan nilai-nilai islam. Kemal Attaturk ambisius membangun modernsasi meniru
ala barat, kini Turki menjadi negara sekuler, dikotomi antara agama dan negara.
Hukum islam diganti dengan hokum Swiss. Serupa dengan Iran, intensitas
pembangunan modernitas dalam berbagai sektor seperti ekonomi, politik dll,
dibawah rezim Syah Muhamad Reza Pahlevi yang mengalami kemajuan begitu cepat.
Hal ini berimplikasi pada tersisihnya aspirasi dan nilai-nilai luhur islam.
Dari kedua kasus tersebut dapat kita petik hikmah yang berharga, bahwa
orientasi dan praktek modernisasi yang keliru akan menimbulkan krisis identitas
dan ketimpangan serta kebangkrutan nilai-nilai budaya. Krisis dan kebangkrutan
tersebut terjadi karena pengabaian terhadap nilai-nilai spiritual islam dan
aspirasi agama.
Bab yang terakhir (kelima) membahas tentang
Islam, moralitas dan modernitas. Kebudayaan islam di Andalusia dalam lintasan
sejarah. Sejarah mencatat antara pertengahan abad ke-8 hingga permulaan abad ke
-13 masehi, umat islam mencapai puncak kejayaan dalam peradaban. Baik daulah
islam di timur (daulah abasiyah yang berpusat di Baghdad), maupun daulah islam
di barat yang berpusat di Cordova, keduanya memperlihatkan berbagai kemajuan
dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Umat islam pernah berperan sebagai
bangsa creator inventor dan innovator besar yang ulung, yang jasa-jasa dan
kontribusinya telah dipakai sebagai “dasar-dasar kemajuan” yang terjadi di
Barat. Dengan membuka wawasan semacam ini, kita berharap lebih lebih memiliki
kesadaran sejarah dan kesadaran cultural yang bisa mempertajam rasa percaya
diri dalam memberi makna bagi abad kebangkitan islam pada abad 15 hijriyah ini.
Dari sejarah tadi kita dapat merekonstruksi dengan memberkikan sumbangan kebudayaan
islam terhadap kebudayaan barat. Banyak sekali kontribusi islam bagi bangunan
kebudayaan barat. Dalam lapangan ilmu kedokteran dokter islam Al-Kindi telah
menulis buku ilmu mata yang telah diterjemahkan kedalm bahasa latin menjadi Optics. Salah seorang pengagum
Al-Kindi adalah Roger Bacon. Selain Al-Kindi terkenal pula nama Ar-Razi yang
dalam dunia barat disebut Rhazez. Dokter islam Ar-razi telah mengarang buku kedokteran
berjudul Al-Hawi. Buku tersebut atas perintah raja Charles I dari Anyou, telah diterjemahkan kedalam
bahasa latin oleh raja Faraj bin salim (seorang tabib yahudi dari Sicilia) dengan
judul Continens, buku Ar-razi tersebut beberapa kali dicetak ulangdan cetakan
ke-5 nya terbit tahun 1542 di Vanesia. Ia memuat dan merangkum ilmu pengetahuan
ketabiban dari Parsi Yunani dan Hindu dan hasil-hasil yang dilakukanya sendiri.
Dokter lain adalah Ibnu Sina (Avecina) bukunya berjudul Qanun Fi Tib
diterjemahkan dalam bahasa latin dengan Qanun of Medicine. Dan menjadi pegangan
di perguruan tinggi di Eropa selama 30 tahun terakhir daria abad 15. Buku
tersebut diterbitkan dalam bahasa latin dan ibrani sampai pada 15 kali terbit.
Buku lain Ibnu Sina yang berjudul Materia Medica memuat kira-kira sejumlah 760
macam ilmu tentang obat-obatan. Di lapangan astronomi ada Al-Khawarizmi
merupakan orang pertama yang menyusun buku tentang ilmu hitung dan al-Jabar.
Karya-karyanya memiliki pengaruh abad pertengahan. Judul bukunya adalah Al-Jabr Almuqabalah buku ini
diterjemahkan dalam bahasa latin, pengaruhnya sangat kuat dibuktikan dengan
“Algorisme” (Latinisasi dari nama Al-Kkhawarizmi) untuk waktu yang lama berarti
aritmatik (dalam bahsa Eropa). Selain itu di lapangan filsafat ada Filosof Ibnu
Rusyd, dalam bidang sejarah terdapat Ibnu Khaldun dengan karya Al-Muqadimahnya
yang memberikan kontribusi terhadap sarjana barat dalam bidang sosiologi dan ilmu sejarah. Dengan mengungkap kembali
kebesaran dan kejayaan umat islam di masa silam tak lain dimaksudkan agar umat
islam mempunyai kesadaran masa lalu, kesadaran cultural yang dapat dipakai
sebagai jembatan dalam membangun kembali pilar-pilar budaya masa kini dan masa
depan. Jika kesadaran cultural masa lalu ini hilang, umat islam akan kehilangan
jejak dan mungkin akan kehilangan arah untuk menuju ke masa depan. Merenungi
dan menghayati kembali kebesaran islam di masa silam adalah perlu dalam rangka
mengambil hikmah bahwa kejayaan dan kebesaran islam pada masa lau itu merupakan
hasil usaha yang dilakukan secara giat, rajin,
tekun dan ulet oleh para sarjana islam. Renungan dan penghayatan islam
pada masa silam haruslah menjadi kesadaran dan kepercayaan diri bahwa umat
islam pada masa jayanya pernah menjadi
bangsa inventor dan creator yang besar dan ulung yang dalam kebudayaan dan
sejarah peradaban umat manusia tidak ada yang dapat menunggulinya. Dengan kesadaran
refleksi ke masa silam, Diharapkan umat islam akan mampu mengikis kemalasan
berfikir dan menumbuhkan etos kerja
secara maksimal dalam berkarya. Dan jika abd 15 hijri disebut-sebut sebagai
abad harapan kebangkitan kembali islam, maka sesungguhnya suatu segi yang harus mendapat penekanan dalam memasuki era
baru itu adalah membangun kembali pemikiran-pemikiran kebudayaan dan menghidupkan kembali etos kerja yang bisa
menopang timbulnya gerakan kebudayaan,
inilah tantangan bagi umat islam.
Kelemahan yang terdapat dalam buku ini diantaranya adalah
pertama, buku ini sebagian isinya memberikan kontribusi dalam bentuk
materi/substansi/isi kepada mahasiswa, namun sedikit dalam pembangunan frame
pemikiran mahasiswa. Buku yang berisikan tentang informasi-informasi yang
actual pada masa itu, otomatis akan menjadi basi pada perkembangan zaman
selanjutnya. Buku ini dapat di kaji oleh kalangan mahasiswa dan dosen, tidak
untuk para pelajar. Terdapat substansi materi yang sudah basi untuk zaman
sekarang (2012).
Kelebihan yang
terdapat dalam buku ini diantaranya buku ini isinya bagus, karena banyak
analisis yang ditawarkan oleh penulis, hal ini dapat memberikan khasanah
keilmuan bagi mahasiswa dan dosen. Buku ini bermanfaat untuk kalangan
mahasiswa, dosen, masyarakat akademis. Didalamnya membahas informasi-informasi
masa lampau seperti paparan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa peradaban
Andalusia, dengan tujuan untuk refleksi
dan rekonstruksi dan informasi actual untuk kebutuhan masyarakat dan menjawab
problematika kebudayaan saat ini (pada masa itu). Ada sebagian sub materi yang
masih bias digunakan untuk perkembangan keilmuan pada masa sekarang (2012).
Bahasa analisis yang digunakan dalam pengkajian problematika isu-isu kebudayaan
yang disajikan oleh penulis sangat menarik dan rasional, sehingga dapat
diterima oleh pembaca tanpa harus berfikir dua kali. Dari berbagai kelemahan dan
kelebihan buku ini, dapat disimpulkan bahwa buku ini bagus guna menunjang mata
perkuliahan pengembangan budaya dan seni karena isisnya yang relevan dan
penyajian yang dapat diterima oleh kebayakan kalangan.
KHUNAFAUNNISA(06410102)
BalasHapusBerbicara tentang kebudayaan Islam di masa depan nampaknya sangat perlu membangkitkan ummat Islam sebagai penggerak bagi munculnya kejayaan budaya baru. Kebudayaan Islam yang benar-benar menyentuh dan membangkitkan seluruh rangsangan budaya. Oleh sebab itu perlunya sikap kultural yang kreatif yang tumbuh dan menggelora dalm gerak dunia Islam.
Anisa Khabibatus S
BalasHapus09410178
masa lalu ialah tonggak bagi perkembangan masa depan,begitu juga dengan seni yang merupakan bukti bagi perkembangan kebudayaan suatu bangsa.
Apabila kita lihat, proses kebangkitan kebudayaan islam pada saat sekarang memang sudah terasa. Mode “islami” sudah mulai berkembang dan sudah tidak jadul, lembaga pendidikan islam sudah banyak yang berdiri dengan keadaan yang luar biasa, dunia bisnis islam yang mulai berkembang. Sebenarnya, kebangkitan islam dan kebudayaannya tergantung kepada umat islam sendiri, bagaimana seorang muslim bisa menumbuhkan kesadaran harga diri atas dominasi nilai-nilai Budaya Barat, juga bisa memahami, menghargai, menghayati, serta mengapresiasi budaya yang dimiliki.
BalasHapusNovita Rahmawati
09410183