Mulatsih/ 09410169
Resensi
Judul : Paradigma Kebudayaan islam
(studi kritis dan refleksi historis)
Pengarang : Dr. Faisal Ismail, MA
Tahun : 1996
Penerbit : Titian Ilahi
Kota
Terbit : Yogyakarta
Halaman : 202 Halaman
Buku
yang berjudul Paradigma Kebudayaan islam (studi kritis dan refleksi historis)
ini dibagi menjadi beberapa bagian dalam pembahasannya. Antara lain memaparkan
mengenai keadaan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Bagian ini memaparkan mengenai
timbulnya krisis di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dihadapi umat islam.
Dimana perhatian umat islam terhadap kebudayaan masih sangat rendah (mengalami
krisis), hal ini disebabkan oleh:
1. Umat
islam kurang respek terhadap masalah kebudayaan pada umumnya. Karena kurang
memperhatikan kebudayaan islam, maka kebudayaan bangsa barat masuk di dalamnya.
Sehingga terjadi salah tafsir, bahwasanya seluruh kebudayaan dari barat adalah
modern dan baik. Tetapi, pada faktanya tidak demikian.
2. Umat
islam mengasosiakan bahwa islam hanya “ibadat”. Padahal, bidang garapan islam
tidak hanya mesalah peribadatan yang
meliputi puasa, zakat dan sebagainya, tetapi garapan islam juga dalam
bidang-bidang keduniaan. Bidang-bidang keduniaan tersebut mencakup seluruh segi
kehdupan, yakni kehidupn dunia maupun akhirat. Keduanya tidak lepas dari ajaran
islam, yang penting dan harus berjalan secara seimbang.
Permasalahan
di atas harus segera dicari pemecahan masalahnya. Pertama kali yang dapat
dilakukan adalah menghilangkan salah tafsir mengenai bidang garapan islam,
yaitu meliputi seluruh segi kehidupan yakni dunia dan akhirat. Selain itu,
dapat pula dilakukan pengkajian ulang terhadap strategi kebudayaan, mengkaji
ulang sistem pendidikan secara menyeluruh.
Masih
dalam upaya menyelesaikan persoalan diatas, Baswedan berpendapat bahwa
pengembangan museum budaya harus diiringi dan ditunjang dengan gerakan
kebudayaan. Begitu pula dengan Abul a’la al maududi yang menyerukan kepada
seluruh dunia islam untuk menghidupkan kembali kebudayaan dan peradaban islam.
Dalam merencanakan arah dan masa depan kebudayaan diperlukan strategi
kebudayaan yang memungkinkan terciptanya amal-amal kultural dan karya-karya
budaya. Strategi tersebut harus mampu menggerakkan daya kreatif dan daya
potensial minat dalam kebangkitan islam.
Berikutnya,
dalam buku ini juga terdapat pembahasan mengenai subordinasi agama terhadap
kesenian dan sebaliknya. Disebutkan beberapa akibat negatif mengenai
subordinasi agama terhadap keseian dan sebaliknya, sebagai berikut;
a. Muncul
ketegangan antara nilai-nilai agama termasuk hukum-hukumnya yang keras dengan
nilai-nilai kesenian yang longgar.
b. Penggunaan
kesenian untuk tujuan praktek agama akan membatasi ruang gerak kesenian.
c. Kebebasan
mencipta terganggu oleh ingatan tentang norma-norma.
d. Pernyataan-pernyataan
dalam kesenian sering mengacaukan ajaran-ajaran agama.
e. Hasil
kesenian kadang-kadang disucikan sebagai bentuk ibadah.
Selain
akibat negatif yang telang disebutkan diatas, juga terdapat pengaruh positif di
dalam hubungan tersebut yakni, adanya dasar yang kuat untuk memperkembangkan
kesenian karena betapa pun kesenian harus selalu mengandung nilai-nilai. Selain
itu, akibat positif lainnya adalah nampaknya sosok kebesaran agama yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Dari hubungan keduanya, dapat disimpulkan bahwa
kesenian seharusnya mampu dikaitkan dengan agama agar tidak terlalu liberal.
Mengenai
kesenian islam, Kuntowijoyo berpendapat bahwasanya situasi kesenian islam dan
prospeknya mengalami kemacetan. Hal ini disebabkan karena umat islam kurang
menaruh respek terhadap masalah-masalah kesenian sebagai akibat dari produk
pandangan sebagian ulama di masa penjajahan bahwa yang meniru segala yang
berbau adat istoadat kaum penjajah adalah haram. Keyakinan tersebut harus
diubah bahwa seni budaya tidak dapat dilepaskan dari ajaran agama, yang wajib
dikembangkan sesuai dengan jiiwa dan nilai agama dan tanpa perlu melucuti
prinsip-prinsip agama itu sendiri.
Akibat
kurang respeknya umat islam terhadap kebudayaan ataupun kesenian islam,
menyebabkan anak muda lebih bangga pada kebudayaan barat seperti melihat BF,
lagu-lagu erotis, dan kebudayaan barat lainnya sehingga melupakan kebudayan
islam. hal ini disebabkan karena kesenian islam itu berjalan tradisional, tidak
menarik dan itu-itu saja. Penyebab lainnya karena seni budaya umat islam kurang
kreatif dan inovatif, ketinggalan dalam bobot maaupun kualitas. Dari
permasalahan tersebut, dapat disimpulkan mengenai tugas umat islam terutama
seniman dan budayawan untuk menciptakan kreasi, inovasi dan varian baru seni
budaya islam modern yang memenuhi standar kualitas estetika.
Kemudian,
dibahas pula mengenai kebangkitan kebudayan islam. Dimana setelah menikmati
masa-masa keemasannya, umat islam mengalami keruntuhan pada kebudayaannya, lalu
kebudayaan beralih ke tangan barat.
Buku
ini menarik untuk dibaca, karena di dalamnya terdapat pendapat dari beberapa
tokoh seperti WS Rendra, Kuntowijoyo dan tokoh lainnya yang berpendapat tentang
budaya dan yang terkait dengannya. Di
mana pendapat yang terdapat dalam buku ini merupakan
pendapat yang disampaikan para tokoh ketika mengisi di suatu acara, sehingga
menarik untuk disimak. Di dalam buku “paradigma Kebudayaan Islam” ini juga
dibahas mengenai penyebab anak remaja lebih menyukai kebudayaan Barat
dibandingkan kebudayaan islam, hal ini dapat menjadi instropeksi serta
pembelajaran untuk kita bersama.
Kemudian kekurangan dari buku ini adalah dari segi
bahasa yang digunakan. Dimana menggunakan bahasa yang cukup tinggi dan agak
sulit dipahami terutama pada bab-bab tertentu.
Bukan karena tidak care dengan kebudayaanya sendiri...melainkan upaya guru dan pihak terkait untuk mengenalkan dan sekaligus menumbuhkan inat kecintaan dan bangga akan kebudayaanya yang kurang maksimal...........
BalasHapusdisamping upaya dari pihak luar, yakni upaya dari guru serta pihak-pihak terkait diperlukan pula kemauan serta dorongan dari pribadi untuk care pada kebudayaan sendiri. jika seorang remaja sudah terlanjur akrab dan mncintai budaya barat,maka individu tersebut akan sulit untuk meninggalkan kebudayaan barat. akibatnya menjadi tidak peduli dengan kebudayaan sendiri.
HapusMengenai kemacetan seni Islam yang salah satunya disebabkan karena umat islam kurang menaruh respek terhadap masalah-masalah kesenian sebagai akibat dari produk pandangan sebagian ulama di masa penjajahan bahwa yang meniru segala yang berbau adat istiadat kaum penjajah adalah haram, harus segera diubah dengan reinterpretasi terhadap pandangan tadi. Mengapa kita tidak mengambil/meniru budaya mereka jika itu memang bermanfaat untuk kita? kita bisa melakukan seleksi, mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk. Toh dulu Nabi Muhammad pernah meerima saran Salman Al Farisy untuk membuat parit saat perang Khandaq (Metode ini adalah salah satu metode pertahanan ala Persi/metode Majusi), tetapi Nabi tetap mau melakukannya.
BalasHapusNovita Rahmawati
09410183