Nama : Marliya
Solihah
NIM : 0941065
Judul Buku : Paradigma
Kebudayaan Islam (Studi Kritis dan Refleksi Historis)
Penulis : Dr.
Faizal Ismail
Penerbit : Titian
Ilahi Press
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun : cet ke-3
2003
Buku yang berjudul Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritisdan
Refleksi Historis ini dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi
kajian tentang agama dan kebudayaan serta hubungan antara keduanya yang mana
dalam buku ini dijelaskan 4 hubungan diantara keduanya yaitu, pertama, agama
merupakan bagian dari kebudayaan. Kedua, agama bukan wahyu merupakan bagian
dari kebudayaan, yang dalam hal ini yang dimaksud dengan agama bukan wahyu
merupakan agama alamiyah artinya adalah agama ciptaan manusia yang dalam
kepustakaan barat disebut Natural religion. Ketiga yaitu agama samawi
bukan merupakan bagian dari kebudayaan, maksud dari agama samawi adalah semua
agama yang pernah dibawa oleh para nabi dan rosul Allah sejak Nabi Adam sampai
Nabi Muhammad saw, yang membawa agama islam termasuk di dalamnya agama yahudi
dan agama nasrani yang asli murni. Keempat adalah agama dan kebudayaan
merupakan bagian dari din islam, yang mana pola pemikiran ini dicetuskan dan
dipopulerkan oleh Sidi Gazalba. Dr. Faisal ismail penulis buku ini tidak setuju
dengan statetment tersebut, sehingga akhir dari bagian satu ini berisi tentang
kritik-kritik penulis terhadap tesis-tesis kebudayaan yang diajukan Sidi
Gazalba.
Bagian kedua dari buku ini mencoba menyoroti secara umum sosok dan
situasi pendidikan dan kebudayaan islam di Indonesia. Bagian ini menyajikan dan
memaparkan suatu analisis terhadap timbulnya krisis-krisis dibidang pendidikan
dan kebudayaan yang dihadapi umat islam. Penyair dan dramawan W.S. Rendra
mngemukakan suatu tesis bahwa salah satu krisis yang cukup memprihatinkan yang
terjadi dikalangan umat islam Indonesia adalah bahwa “mereka kurang bersahabat”
dengan ilmu pengetahuan. Akibat logis dari keadaan semacam ini adalah akan
bermuara pada kenyataan, bahwa prosentase intelektual Muslin Indonesia tak
sebanding dengan jumlah umat islam. Situasi demikian memerlukan pemecahan salah
satu cara yang penting dilakukan adalah melakukan kajian ulang terhadap
strategi kebudayaan, mengkaji ulang sistem pendidikan (tatanan dan proses belajar
mengajar) secara menyeluruh dan komprehensif sejak dari pendidikan dasar hingga
tingkat perguruan tinggi.
Bagian ketiga berisi perihal subordinasi agama terhadap kesenian
atau sebaliknya. Serta akibat yang terjadi jika hal tersebut dilakukan.
Pembahasan ini dilengkapi dengan sebuah diskusi tentang bagaimana seharusnya
seniman muslim memandang, menghayati, mendekati dan menafsirkan Tuhan. Dapatkah
Tuhan, malaikat atau nabi diimajinasikan atau dipersonifikasikan menurut daya
khayal sang seniman? Dapatkah seorang seniman muslim memiliki cara dan
menafsirkan sendiri mengenai Tuhan dengan cara semaunya sendiri. Pada bagian
inilah Dr. Faisal Ismail sebenarnya sedang merefleksikan kembali pengalaman
bergaul dengan seorang seniman.
Bagian keempat mendiskusikan tentang islam dan kaitannya dengan
moralitas dan modernitas. Bagaimana posisi islam berhadapan dengan pergeseran
nilai-nilai moral yang terjadi di dunia barat, yang pengaruhnya dirasakan juga
disekitar kita? Dr. Faizal Ismail
berpendapat bahwa doktrin islam tentang moral tidak memerlukan redefinisi dalam
menghadapi arus “moralitas baru” yang terjadi di dunia barat dewasa ini. Topik
lain yang dikaji dalam bagian ini adalah, bagaimana pendirian kaum muslimin dan
wawasan islam berhadapan dengan isu-isu sentral yang bertalian dengan
modernisasi.
Bagian kelima diawali dengan sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan
islam (abad 8 hingga 13 M). Setelah menikmati masa-masa keemasan dan kejayaan
selama kurang lebih 5 abad, umat islam-arab dan kebudayaannya runtuh. Estafet
kepeloporan di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan beralih ke tangan barat.
Di bawah judul “islam dan situasi budaya global dewasa ini”dan “masa depan
kebudayaan islam”, Dr. Faizal Ismail mencoba melakukan analisis dan refleksi
historis, bahwa islam dan ummatnya cukup memiliki peluang untuk melakukan
gerakan revivalisme dan reformisme, mencipta-segarkan karya-karya kebudayaan
sebagai basis spiritual dan kultural untuk menopang proses akselserasi
terjadinya kebangkitan kembali islam dan ummatnya.
Buku ini sebenarnya merupakan kumpulan karangan dan makalah lepas.
Antar bagian satu dan bagian lainnya barangkali tidak bisa menjadi sesuatu yang
bulat dan utuh secara sempurna. Meskipun demikian setiap bagian dan bab Dr.
Faizal Ismail yakin masing-masing mengandung satu benang merah: secara
keseluruhan ia membicarakan persoalan moralitas, modernitas, agama dan
kebuayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar