Senin, 09 April 2012

Paradigma Kebudayaan Islam (Studi Kritis dan Refleksi Historis)


Nama               : Marliya Solihah
NIM                : 0941065
Judul Buku      : Paradigma Kebudayaan Islam (Studi Kritis dan Refleksi Historis)
Penulis             : Dr. Faizal Ismail
Penerbit           : Titian Ilahi Press
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tahun              : cet ke-3 2003
Tebal Buku      : 202 halaman




Buku yang berjudul Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritisdan Refleksi Historis ini dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi kajian tentang agama dan kebudayaan serta hubungan antara keduanya yang mana dalam buku ini dijelaskan 4 hubungan diantara keduanya yaitu, pertama, agama merupakan bagian dari kebudayaan. Kedua, agama bukan wahyu merupakan bagian dari kebudayaan, yang dalam hal ini yang dimaksud dengan agama bukan wahyu merupakan agama alamiyah artinya adalah agama ciptaan manusia yang dalam kepustakaan barat disebut Natural religion. Ketiga yaitu agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan, maksud dari agama samawi adalah semua agama yang pernah dibawa oleh para nabi dan rosul Allah sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw, yang membawa agama islam termasuk di dalamnya agama yahudi dan agama nasrani yang asli murni. Keempat adalah agama dan kebudayaan merupakan bagian dari din islam, yang mana pola pemikiran ini dicetuskan dan dipopulerkan oleh Sidi Gazalba. Dr. Faisal ismail penulis buku ini tidak setuju dengan statetment tersebut, sehingga akhir dari bagian satu ini berisi tentang kritik-kritik penulis terhadap tesis-tesis kebudayaan yang diajukan Sidi Gazalba.
Bagian kedua dari buku ini mencoba menyoroti secara umum sosok dan situasi pendidikan dan kebudayaan islam di Indonesia. Bagian ini menyajikan dan memaparkan suatu analisis terhadap timbulnya krisis-krisis dibidang pendidikan dan kebudayaan yang dihadapi umat islam. Penyair dan dramawan W.S. Rendra mngemukakan suatu tesis bahwa salah satu krisis yang cukup memprihatinkan yang terjadi dikalangan umat islam Indonesia adalah bahwa “mereka kurang bersahabat” dengan ilmu pengetahuan. Akibat logis dari keadaan semacam ini adalah akan bermuara pada kenyataan, bahwa prosentase intelektual Muslin Indonesia tak sebanding dengan jumlah umat islam. Situasi demikian memerlukan pemecahan salah satu cara yang penting dilakukan adalah melakukan kajian ulang terhadap strategi kebudayaan, mengkaji ulang sistem pendidikan (tatanan dan proses belajar mengajar) secara menyeluruh dan komprehensif sejak dari pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi.
Bagian ketiga berisi perihal subordinasi agama terhadap kesenian atau sebaliknya. Serta akibat yang terjadi jika hal tersebut dilakukan. Pembahasan ini dilengkapi dengan sebuah diskusi tentang bagaimana seharusnya seniman muslim memandang, menghayati, mendekati dan menafsirkan Tuhan. Dapatkah Tuhan, malaikat atau nabi diimajinasikan atau dipersonifikasikan menurut daya khayal sang seniman? Dapatkah seorang seniman muslim memiliki cara dan menafsirkan sendiri mengenai Tuhan dengan cara semaunya sendiri. Pada bagian inilah Dr. Faisal Ismail sebenarnya sedang merefleksikan kembali pengalaman bergaul dengan seorang seniman.
Bagian keempat mendiskusikan tentang islam dan kaitannya dengan moralitas dan modernitas. Bagaimana posisi islam berhadapan dengan pergeseran nilai-nilai moral yang terjadi di dunia barat, yang pengaruhnya dirasakan juga disekitar kita?  Dr. Faizal Ismail berpendapat bahwa doktrin islam tentang moral tidak memerlukan redefinisi dalam menghadapi arus “moralitas baru” yang terjadi di dunia barat dewasa ini. Topik lain yang dikaji dalam bagian ini adalah, bagaimana pendirian kaum muslimin dan wawasan islam berhadapan dengan isu-isu sentral yang bertalian dengan modernisasi.
Bagian kelima diawali dengan sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan islam (abad 8 hingga 13 M). Setelah menikmati masa-masa keemasan dan kejayaan selama kurang lebih 5 abad, umat islam-arab dan kebudayaannya runtuh. Estafet kepeloporan di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan beralih ke tangan barat. Di bawah judul “islam dan situasi budaya global dewasa ini”dan “masa depan kebudayaan islam”, Dr. Faizal Ismail mencoba melakukan analisis dan refleksi historis, bahwa islam dan ummatnya cukup memiliki peluang untuk melakukan gerakan revivalisme dan reformisme, mencipta-segarkan karya-karya kebudayaan sebagai basis spiritual dan kultural untuk menopang proses akselserasi terjadinya kebangkitan kembali islam dan ummatnya.
Buku ini sebenarnya merupakan kumpulan karangan dan makalah lepas. Antar bagian satu dan bagian lainnya barangkali tidak bisa menjadi sesuatu yang bulat dan utuh secara sempurna. Meskipun demikian setiap bagian dan bab Dr. Faizal Ismail yakin masing-masing mengandung satu benang merah: secara keseluruhan ia membicarakan persoalan moralitas, modernitas, agama dan kebuayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar