Minggu, 15 April 2012

PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM; (Studi Kritis dan Refleksi Historis)


NAMA : ALFATCHUSHODIQIN
NIM     : 09410290
KELAS: PAI-VI-D 

RESENSI BUKU

IDENTITAS BUKU
Judul Buku      : PARADIGMA KEBUDAYAAN ISLAM; (Studi Kritis dan Refleksi Historis).
Penulis             : Dr. Faisal Ismail, M.A.
Penerbit           : Titian Ilahi Press
Tahun              : 1996
Cetakan           : I (pertama)
Kota                : Yogyakarta
Tebal Hal.        : 202 Halaman

ABSTRAKSI BUKU
Agama merupakan bagian dari kebudayaan. Sebagaimana pendapat Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa komponen sistem kepercayaan, sistem upacara dan kelompok-kelompok religius yang menganut sistem kepercayaan dan menjalankan upacara-upacara religious, jelas merupakan ciptaan dan hasil akal manusia
Buku yang berjudul “Paradigma Kebudayaan Islam; (Studi Kritis dan Refleksi Historis)” ini secara garis besar dibagi menjadi empat bagian. Bagian Pertama, mencoba menyoroti secara umum sosok dan situasi pendidikan dan kebudayaan Islam di Indonesia. Pada bagian ini juga menyajikan dan memaparkan suatu analisis terhadap timbulnya krisis-krisis di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dihadapi oleh umat Islam. Kemudian pada bagian akhir ini disampaikan sebuah studi kritis terhadap tesis-tesis kebudayaan yang diajukan Sidi Gazalba.
Bagian Kedua, membahas perihal subordinasi agama terhadap kesenian atau sebaliknya, apa pula akibat yang akan terjadi jika hal itu dilakukan. Pembahasan ini juga dilengkapi dengan sebuah diskusi tentang bagaimana seharusnya seniman muslim memandang, menghayati, mendekati dan menafsirkan Tuhan. Dapatkah Tuhan, Malaikat dan Nabi diimajinasikan atau dipersonifikasikan menurut daya khayal pengambaran sang seniman? Dapatkah seorang seniman Muslim memiliki cara menafsirkan sendiri mengenai Tuhan dengan cara semau gue? Pada bagian inilah penulis sedang berusaha merefleksikan kembali “pengalaman” bergaul dengan seorang seniman.
Bagian Ketiga, mendiskusikan tentang Islam dalam kaitannya dengan moralitas dan modernitas. Bagaimana posisi Islam berhadapan dengan pergeseran nilai-nilai moral yang terjadi di dunia Barat, yang memang pengaruhnya dapat dirasakan disekitar kita. Topik lain yang dikaji dalam pembahasan bagian ini adalah bagaimana pendirian kaum Muslimin dan wawasan Islam berhadapan dengan isu-isu sentral yang bertalian dengan modernisasi.
Kemudian pada bagian Keempat yang terakhir, bagian ini diawali dengan sketsa sejarah kebangkitan kebudayaan Islam (abad 8 hingga 13 M). Setelah menikmati masa-masa keemasan dan kejayaan selama kurang lebih lima abad, umat Islam-Arab dan kebudayaan runtuh, sehingga estafeta kepeloporan di bidang keilmuan dan kebudayaan beralih ke tangan Barat. 

KELEBIHAN BUKU
Bagi para akademisi dan orang awan ketika akan membaca buku ini tidak mendapati kesulitan dalam memahami. Satu lagi, yaitu pada ketebalan buku ini tidak terlalu tebal, sehingga membuat para pembaca tidak merasakan kebosanan yang begitu besar. 
Buku yang sengaja disajikan sarat dengan kritis dan refleksi mengenai kebudayaan Islam dari era kejayaan Islam ratusan abad lalu. Hal ini menjadikan kelebihan tersendiri, karena para pembaca dan khusunya umat Muslim maka akan bangun dari kenyamanan hidupnya selama ini. Dikarenakan substansi isinya dapat memberikan manfaat buat kita untuk mempunyai cita-cita bangkit kembali. Kemudian kelebihan lainnya ialah terletak pada bahasanya yang enak di baca, karena disajikan secara narasi (cerita).

KELEMAHAN BUKU
Betapapun menariknya buku ini, pasti ada saja kekurangan di dalamnya, yaitu minimnya sekali dalil aqli maupun naqli yang dipaparkan dalam buku ini sebagai bentuk landasan atau untuk dasar penguat argumen dan gagasannya. Karena akan lebih baiknya lagi, jika dalam buku ini ada dalil sebagai penguat dan dasar landasannya. Kemudian dari segi desingnya pun masih sedikit kurang baik menarik serta tertata dengan baik, sehingga para pembaca harus dituntut untuk lebih teliti dan cermat dalam memahami keseluruhan buku ini. 
 “Innal insanna mahalul khotoi wa nisyani” (sesungguhnya manusia itu tidak bisa lepas dari salah dan lupa). Dan tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanya miliki Allah, begitulah ungkapan yang mungkin sudah sering kita dengar bersama.

2 komentar:

  1. Sebagai calon pendidik agama islam, kita harus mengetahui atau mengenal apa itu kebudayaan, dan agama merupakan bagian dari kebudayaan, dan kita harus mengetahui apa itu seni, dan seni sangat berkaitan erat dengan kebudayaan, contohnya saja dalam proses pembelajaran, nah, di sana kita pasti menggunakan strategi atau metode agar peserta didik aktif, itu merupakan salah satu seni dalam proses pembelajaran, contoh lain lagi, membuat seni kaligrafi, dan sebagai calon pendidik islam, kita harus mempersiapkan bagaiamana untuk langkah kedepannya.
    Terimakasih.
    Salistia Muniroh (09410185)

    BalasHapus
  2. Pengaruh nilai-nilai moral dan juga budaya yang terjadi di dunia Barat memang dapat dirasakan disekitar kita, terlebih melalui media elektronik yang dapat memberikan dampak adanya dominasi kebudayaan asing yg sangat kuat sehingga warga Indonesia, terlebih muslim di Indonesia kehilangan kepribadian dan identitasnya. Banyak di antara kita yang meniru-niru budaya Barat yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, misalnya dalam hal berpakaian. Salah satu alasannya mungkin kebudayaan Islam dianggap kuno, ketinggalan zaman. Nah, alternatif yang mungkin dapat diambil adalah umat islam harus mampu bersikap “kreatif” untuk menumbuhkan dan menggerakan seni-budaya islam yang modern, yang dapat memenuhi “standar” kualitas objektif dan tetap berjiwa islam, semisal dalam bidang fashion, tak harus memamerkan aurat untuk terlihat cantik, gaul, dan, modern. Kita bisa saja mendesain baju yang bisa menutup aurat tatapi tetap kelihatan "wah".

    Novita Rahmawati (09410183)

    BalasHapus