Senin, 02 April 2012

Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia (Strategi Reformasi Pendidikan Nasional)


RESENSI BUKU

Nama      : Septi Nurfadilah
NIM        : 09410108

Judul Buku                  : Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
  (Strategi Reformasi Pendidikan Nasional)
Pengarang                   : Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed
Tebal Buku                  : 252 + xii Halaman
Penerbit                       : PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit                  : Bandung
Tahun Terbit                : Cetakan Kedua, 2000

A.      Isi Buku
Buku Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia karya H.A.R Tilaar ini dibagi ke dalam sembilan bab, ditambah dengan pendahuluan dan referensi. Dan pada setiap bab dibagi lagi kedalam sub-sub bab yang menjelaskan bab tersebut. Bab pertama mejelaskan tentang hakikat pendidikan, bab kedua tentang hakikat kebudayaan, bab ketiga tentang pendidikan dalam kebudayaan, bab keempat tentang kebudayyan dalam pendidikan, bab kelima tentang pendidikan kebudayaan, bab keenam tentang kebudayaan pendidikan, bab ketujuh tentang manusia berpendidikan dan manusia berbudaya, bab kedelapan tentnag masyarakat madani Indonesia, dan bab kesembilan tentang pendikan untuk masyarakat madani Indonesia.
Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun tanpa pendidikan yang baik cita-cita kehidupan bersama tidak dapat diwujudkan. Oleh karena itu untuk mempersiapkan manusia dan bangsa Indonesia yang mampu untuk memasuki era globalisasi, reformasi pendidikan sangat diperlukan. Antara pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan suatu hal yang sama adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat terlepas  dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat.
Banyak muncul definisi tentang hakekat pendidikan, namun untuk mengetahui hakekat pendidikan dapat dikategorikan kedalam dua pendekatan yaitu pendekatan epistemologi dan ontologi. Pendekatan epistemologi berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu, yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Pedekatan ini melihat pendidikan sebagai proses yang inheren dalam konsep manusia, dimana manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Pendekatan ontologi menekenkan kepada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak terlepas dari keberadaan manusia, sehingga hakikat pendidikan adalah berkenaan dengan hakikat manusia.
Teori pendekatan hakikat  pendidikan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu pendekatan reduksional dan pendekatan holistik integratif. Dalam teori pendekatan reduksional dibahas mengenai pendekatan pedagogis, filosofis, relegius, psikologis, negativis dan sosiologis.
Menurut Edward B. Tylor budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakatnya. Sedangkan menurt Ki Hajar Dewantara kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman.
Peranan pendidikan dalam kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia  tidak ada kebudayaan, peranan individu tidak hanya sebagai bidak dalam kebudayaan. Antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan, dan dalm pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan. Pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi pengembangan kepribadian yang kreatif.
Secara teori pendidikan adalah sebagian dari proses kebudayaan, namun dalam praktek sehari-hari ridak demikian. Ini dikarenakan kebudayaan diartikan sempit, kebudayaan tidak lebih dari kesenian, tari-tarian, dan sebagainya. Seharusnya pendidikan dapat digunakan sebagai tempat berkembangnya kebudayaan. Memisahkan pendidikan dari kebudayaan merupakn kebijakan yang merusak perkembangan kebudayaan sendiri.
Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan nasional memerlukan program-program khusus bukan saja untuk menunjukan bahwa pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional, tetapi juga kebudayaan naisional perlu diwujudkan melalui pendidikan nasional. Perlu ada program pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan, dimana unsur-unsur kebudayaan nasional perlu diprogamkan melalui proses pendidikan untuk dipelihara, dikaji dan dikembangkan. Salah satu wujud pendidikan kebudayaan yaitu penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga pengembangan bahasa daerah yang dimasukan kedalam pelajaran muatan lokal.
Kebudayaan pendidikan merupakan gagasan, konsep, yang mendasari praksis pendidikan. Kebudayaan pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan kebudayaan. Oleh sebab itu kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan. Sebagai aspek dari keseluruhan kebudayaan maka kebudayaan pendidikan mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
Manusia berpendidikan diartikan sebagai manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya kerena pendidikan. Manusia berbudaya adalah seseorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut. Dengan demikian seseorang yang telah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah juga seseorang yang telah memperoleh pendidikan yang bertujuan yang sama dengan perkembangan pribadi di dalam kebudayaan di mana pendidikan itu berlangsung.

B.       Kelebihan dan Kekurangan 
Kelebihan buku ini yaitu penjelasan pada setiap materi sudah sangat jelas, dengan disertai pendapat-pendapat dari beberapa para ahli juga dilengkapi dengan teori-teori yang mendukung pembahsan tersebut. Sebelum menjelaskan terlebih dahulu mengulang sedikit materi pada pembahasan pada bab sebelumnya, sehingga memudahkan kita untuk mengingat kembali materi sebelumnya. Dan juga dilengkapi dengan lampiran yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Kekurangan buku ini yaitu dalam bahasa yang digunakan dalam kalimat, bahasa yang digunakan terkadang rancu jika disesuaikan dengan EYD, sehingga mendapat kesulitan untuk memahami kalimatnya. Untuk paham kalimatnya, diperlukan mengulangi kalimat tersebut beberapa kali.

2 komentar:

  1. Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita dapat mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan demokrasi. Di Indonesia sangat diharapkan agar bangsa ini dapat menghargai budaya masyarakat lain.

    BalasHapus
  2. Pendidikan dan kebudayaan memang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan bagian yang saling mempengaruhi. Dengan pendidikan mampu membentuk manusia yang berbudaya, karena pendidikan merupakan proses tranmisi dari kebudayaan. Dan dengan kebudayaan mampu mengantarkan manusia yang dapat mengembangkan diri dalam intelektualnya atau pendidikannya. Sehingga peranan pendidikan dan kebudayaan yaitu sama-sama dalam membentuk dan mengembangkan pribadi dan perilaku manusia untuk menjadi manusia yang berpendidikan dan berkebudayaan. Dan untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan pada masyarakat madani di Indonesia, perlunya memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalam proses pendidikan, sehingga nantinya masyarakat Indonesia dan khususnya peserta didik dalam proses belajar dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan kesehariannya.

    Ihda Husna Fajri (09410161)

    BalasHapus