RESENSI
BUKU
Nama :
Septi Nurfadilah
NIM :
09410108
Judul Buku :
Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia
(Strategi Reformasi
Pendidikan Nasional)
Pengarang :
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed
Tebal Buku :
252 + xii Halaman
Penerbit :
PT Remaja Rosdakarya
Kota Terbit :
Bandung
Tahun Terbit :
Cetakan Kedua, 2000
A.
Isi
Buku
Buku Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia karya
H.A.R Tilaar ini dibagi ke dalam sembilan bab, ditambah dengan pendahuluan dan
referensi. Dan pada setiap bab dibagi lagi kedalam sub-sub bab yang menjelaskan
bab tersebut. Bab pertama mejelaskan tentang hakikat pendidikan, bab kedua
tentang hakikat kebudayaan, bab ketiga tentang pendidikan dalam kebudayaan, bab
keempat tentang kebudayyan dalam pendidikan, bab kelima tentang pendidikan
kebudayaan, bab keenam tentang kebudayaan pendidikan, bab ketujuh tentang
manusia berpendidikan dan manusia berbudaya, bab kedelapan tentnag masyarakat
madani Indonesia, dan bab kesembilan tentang pendikan untuk masyarakat madani
Indonesia.
Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun tanpa pendidikan yang
baik cita-cita kehidupan bersama tidak dapat diwujudkan. Oleh karena itu untuk
mempersiapkan manusia dan bangsa Indonesia yang mampu untuk memasuki era
globalisasi, reformasi pendidikan sangat diperlukan. Antara pendidikan dan
kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan
suatu hal yang sama adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat
terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat
terlaksana dalam suatu masyarakat.
Banyak muncul definisi tentang hakekat pendidikan, namun untuk mengetahui
hakekat pendidikan dapat dikategorikan kedalam dua pendekatan yaitu pendekatan
epistemologi dan ontologi. Pendekatan epistemologi berusaha mencari makna
pendidikan sebagai ilmu, yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar
analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan.
Pedekatan ini melihat pendidikan sebagai proses yang inheren dalam konsep
manusia, dimana manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Pendekatan ontologi menekenkan kepada hakikat keberadaan, dalam hal ini
keberadaan pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak terlepas dari keberadaan
manusia, sehingga hakikat pendidikan adalah berkenaan dengan hakikat manusia.
Teori pendekatan hakikat
pendidikan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu pendekatan
reduksional dan pendekatan holistik integratif. Dalam teori pendekatan
reduksional dibahas mengenai pendekatan pedagogis, filosofis, relegius,
psikologis, negativis dan sosiologis.
Menurut Edward B. Tylor budaya atau peradaban adalah suatu
keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakatnya. Sedangkan menurt Ki Hajar Dewantara
kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman.
Peranan pendidikan dalam kebudayaan dapat dilihat dalam
perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, peranan individu tidak
hanya sebagai bidak dalam kebudayaan. Antara kepribadian dan kebudayaan
terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan, dan dalm pengembangan
kepribadian diperlukan kebudayaan. Pendidikan bukan semata-mata transmisi
kebudayaan secara pasif tetapi pengembangan kepribadian yang kreatif.
Secara teori pendidikan adalah sebagian dari proses kebudayaan,
namun dalam praktek sehari-hari ridak demikian. Ini dikarenakan kebudayaan
diartikan sempit, kebudayaan tidak lebih dari kesenian, tari-tarian, dan
sebagainya. Seharusnya pendidikan dapat digunakan sebagai tempat berkembangnya
kebudayaan. Memisahkan pendidikan dari kebudayaan merupakn kebijakan yang
merusak perkembangan kebudayaan sendiri.
Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan
nasional memerlukan program-program khusus bukan saja untuk menunjukan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan nasional, tetapi juga kebudayaan
naisional perlu diwujudkan melalui pendidikan nasional. Perlu ada program
pendidikan untuk pengenalan dan pengembangan kebudayaan, dimana unsur-unsur
kebudayaan nasional perlu diprogamkan melalui proses pendidikan untuk
dipelihara, dikaji dan dikembangkan. Salah satu wujud pendidikan kebudayaan
yaitu penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan juga pengembangan
bahasa daerah yang dimasukan kedalam pelajaran muatan lokal.
Kebudayaan pendidikan merupakan gagasan, konsep, yang mendasari
praksis pendidikan. Kebudayaan pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan
kebudayaan. Oleh sebab itu kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari
keseluruhan elemen-elemen kebudayaan. Sebagai aspek dari keseluruhan kebudayaan
maka kebudayaan pendidikan mengandung dimensi-dimensi temporal dan spasial.
Manusia berpendidikan diartikan sebagai manusia yang telah berkembang
kemampuan intelektualnya kerena pendidikan. Manusia berbudaya adalah seseorang
yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya
nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut. Dengan
demikian seseorang yang telah berkembang sesuai dengan kebudayaannya adalah
juga seseorang yang telah memperoleh pendidikan yang bertujuan yang sama dengan
perkembangan pribadi di dalam kebudayaan di mana pendidikan itu berlangsung.
B.
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan buku
ini yaitu penjelasan pada setiap materi sudah sangat jelas, dengan disertai
pendapat-pendapat dari beberapa para ahli juga dilengkapi dengan teori-teori
yang mendukung pembahsan tersebut. Sebelum menjelaskan terlebih dahulu
mengulang sedikit materi pada pembahasan pada bab sebelumnya, sehingga
memudahkan kita untuk mengingat kembali materi sebelumnya. Dan juga dilengkapi
dengan lampiran yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Kekurangan buku
ini yaitu dalam bahasa yang digunakan dalam kalimat, bahasa yang digunakan
terkadang rancu jika disesuaikan dengan EYD, sehingga mendapat kesulitan untuk
memahami kalimatnya. Untuk paham kalimatnya, diperlukan mengulangi kalimat
tersebut beberapa kali.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita dapat mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya. Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan demokrasi. Di Indonesia sangat diharapkan agar bangsa ini dapat menghargai budaya masyarakat lain.
BalasHapusPendidikan dan kebudayaan memang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan bagian yang saling mempengaruhi. Dengan pendidikan mampu membentuk manusia yang berbudaya, karena pendidikan merupakan proses tranmisi dari kebudayaan. Dan dengan kebudayaan mampu mengantarkan manusia yang dapat mengembangkan diri dalam intelektualnya atau pendidikannya. Sehingga peranan pendidikan dan kebudayaan yaitu sama-sama dalam membentuk dan mengembangkan pribadi dan perilaku manusia untuk menjadi manusia yang berpendidikan dan berkebudayaan. Dan untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan pada masyarakat madani di Indonesia, perlunya memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalam proses pendidikan, sehingga nantinya masyarakat Indonesia dan khususnya peserta didik dalam proses belajar dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan kesehariannya.
BalasHapusIhda Husna Fajri (09410161)